Jumat, 07 Mei 2010

Sehat Nikmat Terbesar Setelah Iman

Allah Subhanahu wa Ta’ala ( SWT ) melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita dengan jumlah yang melimpah. Berkat hal itu, kita dapat menjalankan aktifitas hidup ini dengan baik. Bahkan jika kita persembahkan seluruh waktu yang ada untuk bersyukur atas sebuah karunia-Nya saja, rasanya tidak akan cukup. Bahkan lagi, kita tidak akan sanggup mengkalkulasi secara matematis kemahapemurahan Allah SWT atas karunia ini.

Satu diantara bentuk karunia terbesar adalah kesehatan, terkait dengan ini Rasulullah Shallahu ’alaihi wasallam ( SAW ) bersabda, ”Barangsiapa yang badannya sehat dan hidup aman ditengah masyarakat.” ( Riwayat At Tirmidzi )

Dalam hadits yang lain disebutkan :
”Nikmat pertama yang ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat yaitu apabila ditanyakan kepadanya, tidakkah telah kami sehatkan badanmu dan telah kami segarkan ( kenyangkan ) kamu dengan air yang dingin.” ( Riwayat At-Tirmidzi )
Kesehatan merupakan nikmat yang istimewa dan salah satu nikmat terbesar setelah nikmat Iman dan Islam. Nikmat itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban didepan mahkamah kemahakuasaaan Allah Azza wa jalla. Rasulullah SAW bersabda,”Mohonlah kepada Allah kesehatan ( keselamatan ). Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan (keselamatan).( Riwayat Ibnu Majah )

Beliau menambahkan. ”Jika salah seorang keturunan Adam hanya memiliki keislaman dan kesehatan, maka hal itu sudah cukup bagi dirinya.”

Satu lagi hadits yang masyhur,”Pergunakanlah lima hal sebelum datangnya lima perkara; muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.”( Riwayat Muslim )

Sehat ( al-shihah ), dalam Islam bukan sesuatu yang berhubungan dengan fisik (jasmani), melainkan menyangkut masalah psikis (jiwa). Inilah yang dikenal dengan konsep al-shihah wal al-fiat atau lebih akrab dengan sebut sehat wal’afiat.

Maksud dari konsep ini adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami sehat secara paripurna; sehat jasmani dan ruhani atau fisik dan psikis.
Jika makna sehat lebih berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, makna al-afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya.

Itulah sebabnya kita diajarkan untuk senantiasa membaca wirid pagi dan petang, memohon limpahan kesehatan dan keselamatan dari berbagai tipu daya. Selagi kita mengarungi kehidupan, tidak mustahil muncul gangguan dan tipu daya dari golongan jin dan manusia yang bisa menghadirkan kejahatan dan keburukan.” Ya Allah sehatkanlah badanku, ya Allah sehatkanlah pendengaranku, ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.” ( Riwayat Abu Dawud )

Allah SWT berfirman, ”Katakanlah,’ Aku berlindung kepada Tuhan manusia.Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) kedalam dada manusia, dari jin dan manusia,”(Al falaq:1-5)
Disini dapat dijelaskan bahwa orang yang mendapatkan karunia sehat wal-afiat adalah mereka yang mendapatkan kesehatan fisik dan psikis, mental spiritual, yang kemudian ditujukan untuk menjalankan aktifitas sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.

Sebagai bentuk syukur nikmat atas karunia sehat ini kita diperintahkan untuk senantiasa menjaga dan memelihara kesehatan fisik maupun psikis serta mental spiritual kita.

Guru besar terbaik dalam masalah keteladan dalam pemeliharaan kesehatan tidak lain adalah Nabi Besar Muhammada SAW. Rasulullah adalah ”dokternya” para ”dokter,” yang mendapat didikan langsung dari Allah SWT. Beliau bersabda ”Aku telah mendapatkan pendidikan dengan pendidikan yang terbaik dari tuhanku.”

Dalam surat An Najm:4 disebutkan, ” Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang di wahyukan ( kepadanya ).”. Maka dari itu hadits-hadits Rasulullah SAW telah lebih dahulu membahas penyakit dan cara-cara penyembuhannya dari kajian-kajin kontemporer.

Bahkan salah satu universitas Eropa memasukan Hadits Rasulullah yang mulia dalam pengantar kuliah kedokteran. Bunyi teks Hadits itu adalah,” Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah memberikan ujian kepadanya.”(Riwayat Bukhari).

*disalin oleh dendy,
dalam edisi khusus 2010 Majalah Hidayatullah*Ali Atawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar