Jumat, 28 Mei 2010

Sabar Menanti

Melanggengkan sebuat kekuatan niat untuk tetap setia menunggu serta mendapatkan
pendamping hidup adalah jalan panjang yang patuh kita sikapi dengan keteguhan lahir
dan batin.
Cibir, candaan, bahkan airmata semua itu mengalir tanpa waktu,tempat yang terus mengisi ruang
kehidupan yang kita jalani. Untuk sebuah cita-cita mengenapkan separuh agama ini
sebagaimana sabda junjungan kita Nabi Muhammad SAW ;
"Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya;
oleh karena itu bertakwalah kepada Allah untuk separuh yang tersisa."
yah, sabda Beliaulah yang terus sampai saat ini menguatkan tekad untuk terus
mengenapkan arti sebuah penantian yang dibingkai dengan kesabaran.
Disisi lain, menanti penamping hidup yang shalihah dan sholeh itu juga
yang membuat hati, perasaan dan pikiran terus berkobar dan bercampur
dengan tetap dalam sebuah kata penantian.

Semangat doa dan tawakal harus terus terpatri didalam dada, karena Allah dan RasulNya
mengajarkan akan dua hal tersebut. Meringgis hati kita takkala doa dan tawakal
ini tak kunjung mampir di kita,.........sampai detik ini, Apakah Allah belum mendengar
dan mengabulkan doa dan tawakal ini. Ah...rasanya kita harus tersadar sesungguhnya
syaitan dengan berbagai jurus dan senjatanya terus mengerus dan mengerus kekuatan
lahir dan batin ini agar menjauh dalam titian rahmaMU.
Sekian lama penantian itu kini sudah mendekati sebuah kenyataan, Ya Allah Terima Kasih
ternyata Allah Maha Tahu......

* Dinda Lyu, semoga impianmu tercapai...

Selasa, 25 Mei 2010

Apa yang membuat anda tersenyum hari ini



Menulis inilah yang membuat saya tersenyum, karena senyum adalah ekspresi manusia dengan segala tingkah polanya, akan tetapi senyum yang terindah adalah senyum yang lahir dari hati yang memendam kasih sayang. senyuman itulah yang menjadikan orang tua semakin sayang kepada anak-anaknya, senyuman sahabat yang menjadikan indahnya persahabatan, senyuman para pemimpin menjadi rakyat senang........... yah senyuman membuat segala apapun menjadi indah, mantab.
Tak heran bila salah satu tembang nasyid dari negeri jiran "raihan" mengambil judul senyum :


Senyuman... senyuman
Senyum tanda mesra
Senyum tanda sayang
Senyumlah sedekah yang paling mudah
Senyum di waktu susah
Tanda ketabahan
Senyuman itu tanda keimanan
Senyumlah senyumlah senyumlah senyumlah

SubhanALLAH, bahkan Junjungan kita sendiri Muhammad SAW bersabda "Senyum di depan saudaramu adalah sedekah (Hadits) ". Bahkan pepatah cina juga mengatakan "Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum seharusnya tidak membuka toko ". Hai Sobat, tapi hati-hatilah jangan lupa membedakan antara senyum dan tertawa, karena jelas banget tuh bedanya kalo...tentunya sobat mudah lebih tahulah. Coba lihat deh mulai dari overa van java, bukan empat mata dan lain lain semuanya membuat orang tertawa bukan tersenyum. Kalau kita banyak tertawa hati kita nanti bisa-bisa gak inget neraka tuh. Apalagi udah kebanyakan deh alias overdosis bisa-bisa masuk rumah sakit deh, nah loh........

Bagaimana agar senyum itu bisa terlihat penuh dengan makna, mau tahu sobat ;
pertama, sobat harus ikhlas tuh, kenapa harus ikhlas?karena dengan kita ikhlas maka dalam kondisi apapun kita maka senyum yang kita berikan akan bernilai pahala.
yang kedua, senyuman apa adanya, artinya senyum yang kita buat jangan dibuat-buat.
sedangkan yang ketiga, tersenyumlah pada siapa anda tersenyum, artinya senyuman anda pada siapa anda berikan jangan anda tersenyum pada sahabat anda akan tetapi senyuman itu anda iringin dengan kepala menunduk.
Gimana mudahkan, semoga kita bisa tersenyum...salam senyum

Jumat, 21 Mei 2010

Tiga Prinsip Keutuhan Rumah Tangga

by : dendy
Keutuhan rumah tangga sampai akhir hayat adalah suatu keinginan setiap pasutri dalam megarungi biduk rumah tangga. Namun persoalan-persoalan apapun yang ada bisa mengakibatkan keutuhan rumah tangga ini berakhir.
Faktor religulitas( agama ) seseorang lah sebenarnya yang amat berperan dalam mengikat kekokohkan dan keutuhan rumah tangga.
Jika membangun sebuah rumah tangga berangkat nilai-nilai ajaran Rasulullah, maka dalam perjalanannya pun harus dilandasi dengan aspek-aspek hak dan kewajiban dalam syariah Islam. Kemudian faktor komunikasi sesama pasangan yang tidak baik, tidak baiknya komunikasi banyak sekali penyebabnya antara lain; minimnya pengetahuan tentang pengelolahan komunikasi pasutri, managemen permasalahan dan solusi.
Faktor yang lain adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan. Kalau kelebihan dan kekurangan ini bisa dikeloah dengan baik diantara pasutri, maka sesungguhnya akan melahirkan kombinasi yang saling melengkapi, saling mengingatkan, saling berbagi dan saling membantu.
Insya Allah apabila kita memiliki dan terus berupaya memperbaiki dan memperdalam agama, komunikasi ditingkatkan serta memenej segala kekurangan dan kelebihan maka keutuhan dan keharmonisan akan terus hadir di rumah tangga kita.
Wallahu a'lam

Kamis, 20 Mei 2010

Kerasnya Kehidupan dunia

Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian).”
Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan pada Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu (HR. Al-Bukhariy no.6416)
Hadits tersebut tidak asing ditelinga kita, suatu pelajaran yang sangat berarti seandainya saja kaum muslimin memahami esensi suatu kehidupan.

Diperjalanan kehidupan inilah seluruh anak adam mengalami berbagai fluktuasi kejadian-kejadian yang memungkinkan mereka pada jalan yang lurus atau yang menyimpang.
Dan Allah Azza wa Jalla mengingatkan kepada kita semua dalam firmanNYA;

Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat. (QS. Al Insaan, 76: 27)

Sungguh menyesalan itu adalah bagian dari jejak rekam yang terkadang membuat sebagian anak adam membalikkan rotasi kehidupannya.

Lihatlah sosok Sang Khalifah Umar Bin Khattab radhiyallohu anhu, berawal dari sisi kehidupan yang kelam mencekam dan diperjalanan hidupnya mendapatkan hidayah yang menjadikan Beliau sosok yang dihormati.

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu..." (Qur'an, 35:5)
by:dendy

Mendongeng membangun karakter anak

Pernahkah Anda melihat mata anak Anda membulat penasaran mendengar cerita Anda? Jika pernah, atau bahkan sering, berarti Anda giat memperkokoh karakternya. Jika belum, tidak ada kata terlambat untuk mulai mendongeng.

Ketika televisi belum banyak dimiliki orang, hiburan anak-anak kala itu –selain bermain, tentunya—adalah mendengarkan cerita dari para orang tua di sekitar mereka, entah ayah, ibu, kakek, nenek, atau yang lainnya. Dalam suasana hangat, anak-anak dengan penuh minat dan rasa ingin tahu mendengarkan berbagai cerita yang dibawakan orang-orang tua mereka.
Suasana seperti itu kini jarang sekali kita lihat. Cerita dan dongeng yang disampaikan orangtua berganti dengan tayangan film-film di televisi. Anak-anak terpaku di depan layar televisi, sementara orangtua mengerjakan kegiatan lainnya.

Islam, kaya kisah teladan
Arti ‘dongeng’ sendiri adalah cerita fiktif atau rekaan belaka. Ditambahkan Eka Wardhana, penulis buku anak, bahwa dalam dongeng ada unsur keindahan, kehangatan, juga imajinasi. “Jadi kalau cerita fiktifnya itu seram, horor, penuh kekerasan, menurut saya itu bukan dongeng,” jelas Eka. Dalam dongeng semua makhluk khayalan bisa tercipta, seperti pohon dan binatang yang bisa bicara.
Sementara, untuk sejarah yang berisi cerita kepahlawanan dan teladan kebaikan bisa masuk dalam kategori kisah. Namun, menurutnya pengistilahan ini tidak terlalu penting. Baginya yang terpenting adalah kegiatan bercerita itu sendiri, yaitu bagaimana nilai-nilai kebaikan disampaikan kepada anak melalui cara bercerita yang menarik.
Soal keefektifan cerita dalam membentuk karakter anak tak diragukan lagi --bahkan mampu membangun karakter bangsa—kata Eka,. Berdasarkan sebuah sumber, Eka menyebut betapa lebih majunya Inggris dibanding Spanyol pada masa kolonialisme akibat dongeng dan kisah-kisah kepahlawanan yang sering diceritakan orangtua pada anak-anaknya. Tak heran negara jajahan Inggris di berbagai belahan dunia, dari Asia sampai Afrika, lebih banyak daripada Spanyol.
Bila saja kebiasaan bercerita ini dilakukan masyarakat Muslim dengan tak lupa mengambil kisah-kisah kepahlawanan Rasulullah saw dan para sahabatnya, sangat mungkin masa kejayaan Islam akan cepat kembali.
Betapa lengkap teladan kebaikan yang ada dalam kisah Rasul dan para sahabatnya. “Berbagai karakter ada di situ. Ada kisah tentang jiwa ksatria, jiwa pengusaha. Banyak contohnya dan itu nyata, bukan dongeng! Sementara kalau cerita dari orang Barat itu kan kebanyakan dongeng,” kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung ini. Apalagi bila masyarakat Muslim lebih memperkaya jenis dongeng dengan tetap berpijak kepada ajaran Islam, maka semakin banyak alternatif cerita yang bisa dikembangkan dan diceritakan kepada anak-anak kita.
Dalam Al-Quran kisah-kisah teladan pun bertebaran. Bahkan sebagian besar isi Al-Quran berupa kisah. Kisah kepahlawanan dan kisah penuh motivasi lainnya, tak kurang-kurangnya diurai dalam Al-Quran, Hadits dan sumber lainnya. Namun, herannya entah kenapa generasi Muslim tetap saja melempem. “Mungkin karena orang Islam telah mengabaikan kisah-kisah ini,” imbuh Direktur Studio Rumah Pensil ini prihatin. Tak banyak orangtua yang menceritakan kisah-kisah itu pada anak-anaknya. Yang masuk ke rumah-rumah keluarga Muslim bukan lagi kisah teladan dalam Islam, tapi kisah-kisah rekaan yang tak jelas, semacam Naruto dan sebagainya.
Mengapa mendongeng kurang diminati? Mungkin sebagaimana pola pendidikan lainnya, ia tidak menunjukkan hasil yang instan. Padahal dongeng atau cerita-cerita teladan banyak masuk ke alam bawah sadar, di mana alam bawah sadar inilah yang kemudian paling berperan membentuk karakter atau akhlak seorang anak. “Jadi kalau dongeng itu diceritakan terus menerus, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya semakin banyak. Nah, kalau ceritanya yang baik-baik, maka yang masuk ke alam bawah sadarnya tentu yang baik-baik pula. Kalau yang diceritakan orangtua kisah-kisah kepahlawanan, kebaikan, persahabatan, maka akan seperti itulah sifat anak nantinya,” jelas Eka.
Bayangkan saja kalau yang masuk ke alam bawah sadar anak justru cerita dan materi yang penuh kekerasan dan vulgar, maka akhlak atau karakter anak seperti apa yang akan tercipta kemudian?

Menjalin kedekatan antara orangtua dan anak
Saat mendongeng atau bercerita selain terjadi transfer nilai, terjalin juga kedekatan antara orangtua dan anak. Ketika mendengar dongeng atau cerita lainnya dari orangtua, anak-anak akan semakin merasa dekat dan terikat dengan orangtuanya. “Saat mendengarkan dongeng, anak-anak akan terikat dengan tokoh dalam cerita dan orang yang bercerita (dalam hal ini orangtua–red). Ikatan emosionalnya itu kuat. Kalau dengan televisi, mereka tidak akan terikat sedemikian kuat,” papar ayah 4 anak ini.
Bagi anak, kedekatan ini dapat mengalahkan kegiatan lainnya. Menurut Eka, dengan amat mudah anak-anak akan berpaling dari televisi, game, dan sebagainya demi mendengarkan orangtuanya bercerita. Apalagi bila selama bercerita orangtua juga menyentuh dan memeluk anak, membelai rambutnya, kehangatan dan kasih sayang tentu akan mengalir. Sentuhan ini selain menambah kedekatan juga akan membuat anak bertambah cerdas. “Setiap kali dipeluk, anak akan merasa bahagia. Nah, perasaan bahagia ini akan membuat anak mudah menyerap informasi dan membuat neuron (sel-sel syaraf dan percabangannya–red) anak bersambung terus menerus. Makanya sering dikatakan kalau anak dipeluk, dia akan bertambah cerdas karena koneksi neuronnya bertambah banyak,” terang pria kelahiran Jakarta, 38 tahun silam ini.
Selama orangtua bercerita, acap kali anak bertanya ini itu. Entah bertanya tentang tokoh, kejadian dalam cerita, dan sebagainya. Ini mengindikasikan telah terjadi komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Bila selama ini hal itu mungkin belum tercipta, dengan mendongeng dan ‘sesi’ tanya jawab di dalamnya akan melancarkan saluran komunikasi yang tersumbat.
Kegiatan mendongeng ini pun bisa mengembangkan imajinasi anak. Eka mencontohkan, ketika orangtua memulai cerita dengan kalimat, “Dulu, ada seorang raksasa…,” maka segera saja daya imajinasi anak bekerja dan membayangkan sosok raksasa tersebut. Selama orangtua bercerita, imajinasi anak terus berlarian mengikuti jalan cerita. Pengembangan daya imajinasi ini penting sebagai dasar mengembangkan kreativitas anak, dan ini bisa didapat dari kegiatan mendongeng.
Eka lalu menuturkan bahwa kegiatan mendongeng pun akan mendorong anak untuk gemar membaca. “Anak yang sering didongengkan waktu kecil, hampir pasti akan senang membaca,” katanya. Setelah mendengar dongeng, anak-anak akan punya keinginan untuk membaca sendiri kisah tersebut dari buku-buku. Sekali dia merasakan keasyikan membaca, mereka akan terus senang membaca.
Kegemaran membaca ini tentu saja penting untuk membuka dan mengembangkan ilmu dan wawasan anak-anak pada berbagai hal. “Tidak ada orang besar di dunia ini yang tidak senang membaca,” imbuh Eka seraya menambahkan ‘membaca’ di sini tak terbatas pada membaca buku, tapi juga ‘membaca’ alam dan lingkungan sekitar.

Sebentar, tetapi sering
Banyak orangtua dan guru yang tidak membiasakan mendongeng karena merasa tak bisa bercerita, apalagi bila mereka harus bercerita dengan gaya yang menarik. Untuk mengatasi kendala ini, Eka menyarankan agar, pertama, orangtua harus mulai ‘belajar’ bicara kepada anak dengan lebih hangat. “Berikan lebih banyak pujian ketimbang kritikan. Kalau anak diperlakukan dengan hangat, dia akan menjadi orang yang hangat. Sementara kalau anak diperlakukan dengan keras, mereka akan jadi keras,” kata Eka. Bicara dengan kehangatan ini akan membuat kedekatan dan keakraban hingga kemudian dalam kondisi itu orangtua akan mudah menceritakan apa saja pada anak, termasuk mendongeng. Anak-anak pun akan terbuka kepada orangtuanya.
Kedua, agar orangtua bisa bercerita tentu saja orangtua harus banyak membaca buku. Apalagi biasanya buku cerita anak-anak itu tidak terlalu tebal, jadi tidak menghabiskan waktu orangtua untuk membaca dan menceritakannya kembali kepada anak-anak. Untuk memulai, orangtua memang bisa mengambil cerita dari buku, selanjutnya apa saja yang terjadi di sekitar kita bisa menjadi cerita. Semua kejadian bisa diceritakan secara menarik, terutama bila orangtua telah terbiasa bercerita.
Sekali bercerita, tak perlu terlalu lama. Sekitar 15 menit sampai 20 menit, cukuplah, karena untuk usia tertentu, misalnya usia balita, perhatian anak-anak cepat teralihkan kepada hal lainnya. Tapi untuk usia yang lebih besar, bisa jadi waktu bercerita bisa sampai 1 jam atau lebih, apalagi bila ceritanya menarik.
Menurut Eka, yang terpenting bukanlah lamanya waktu bercerita. “Yang penting adalah kualitas dan kuantitasnya. Walau cuma beberapa menit, tapi dilakukan setiap hari, akan lebih efektif dibanding satu atau dua jam tetapi dilakukan hanya sekali sebulan,” urai Eka.
Saat yang tepat untuk bercerita pun tak mesti menjelang tidur sebagaimana yang selama ini kita pahami sebagai waktu mendongeng. “Kalau anak mau tidur malam biasanya banyak sekali hambatannya, entah sudah sangat mengantuk, ada PR yang belum selesai, orangtua yang capek karena baru pulang dan sebagainya,” kata Eka. Maka untuk mendongeng, tak perlu menunggu waktu tidur. Bercerita atau mendongenglah kapan pun selagi sempat.
Jadi, melihat berbagai keutamaan mendongeng bagi perkembangan anak, semestinya orangtua dan guru mulai membiasakan diri untuk mendongeng kapan saja. Jangan mau dikalahkan televisi atau bermacam bentuk game, karena pada dasarnya anak lebih suka berdekatan dan mendengarkan cerita dari orangtuanya sendiri.
Edisi : No.8 Tahun XXI |
(Asmawati/wawancara Didi Muardi)

Sabtu, 15 Mei 2010

10 Bersaudara Bintang Al Qur'an


Judul Buku : 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an
Penulis : Izzatul Jannah - Irfan Hidayatullah
Penerbit : Sygma Publishing, Bandung
Cetakan Ke : 2
Tahun Terbit : Januari 2010
Tebal Buku : xiv + 150 halaman

Setiap orang tua muslim pasti ingin memiliki anak-anak yang hafal Al-Qur'an
dan berprestasi. Apalagi para kader dakwah yang sangat menyadari bahwa
keluarga merupakan sasaran dakwah yang kedua; ishlahul
usrah, setelah ishlahul fardi. Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini
merupakan sebuah karya yang -seperti kata Ustadz Yusuf Mansur- akan
menginspirasi banyak keluarga di tanah air. Ternyata membesarkan anak di
masa sekarang untuk menjadi hafiz Al-Qur'an bukan sesuatu yang mustahil.

Buku ini adalah kisah nyata sebuah keluarga muslim di Indonesia. Keluarga
dakwah. Keluarga yang mampu menjadikan 10 orang buah hati mereka sebagai
anak-anak yang shalih, hafal Al-Qur'an dan berprestasi. Keluarga luar biasa
itu adalah pasangan suami istri Mutammimul Uladan Wirianingsih beserta 10
putra-putri mereka. Yang lebih
luar biasa lagi adalah, kedua orang tua ini tergolong super sibuk dengan
berbagai aktifitas dakwahnya. Mutammimul Ula adalahanggota DPR RI dari
fraksi PKS. Sedangkan Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS
sekaligus Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP
Salimah (Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar di 29 propinsi
dan lebih dari 400 daerah di Indonesia.

10 bersaudara bintang Al-Qur'an itu adalah :

1. Afzalurahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh 'Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8.
Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10. Himmaty Muyassarah

Afzalurahman Assalam
Putra pertama. Hafal Al-Qur'an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis
usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra
Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih
sebagai pesertaPertamina Youth Programme 2007.

Faris Jihady Hanifa
Putra kedua. Hafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat
buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat
LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur'an yang diselenggarakan oleh
kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang
diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI
Jakarta.

Maryam Qonitat
Putri ketiga. Hafal Al-Qur'an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis
usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas
Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul
Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad
Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.

Scientia Afifah Taibah
Putri keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan
dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur'an tingkat SMA
se-Jakarta Selatan.

Ahmad Rasikh 'Ilmi
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur'an, dan duduk di MA
Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I
Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul
Khatimah.

Ismail Ghulam Halim
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur'an, dan duduk di
SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato
bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri
favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT
Al-Kahfi.

Yusuf Zaim Hakim
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur'an dan duduk di
SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT,
peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor,
dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.

Muhammad Syaihul
Basyir
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur'an, Bogor. Yang
sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur'an 30 juz pada saat kelas 6
SD.

Hadi Sabila Rosyad
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah,
Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an. Diantara prestasinya
dalah juara I lomba membaca puisi.

Himmaty Muyassarah
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah,
Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an.

Dilengkapi Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai
Akhir Zaman dan Fadhilah Menghafal Al-Qur'an
Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini tidak hanya berisi bagaimana
putra-putri Mutammimul Ula dan Wirianingsih menjadi penghafal
Al-Qur'an. Di bagian pendahuluan terlebih dahulu dibahas Fakta Kemahaagungan
Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai Akhir Zaman. Meliputi pembagian
Al-Qur'an, Al-Qur'an sebagai Mukjizat, Sejarah Turunnya Al-Qur'an Kodifikasi
Al-Qur'an, sampai Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur'an.

Pada bab 5 juga dibahas mengapa menjadi hafiz Al-Qur'an begitu penting.
Penulis mengklasifikasikann ya menjadi 2 bagian: fadhail dunia dan fadhail
akhirat. Fadhail dunia antara lain: hifdzul Qur'an merupakan nikmat rabbani,
mendatangkan kebaikan, berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Qur'an
mendapat penghargaan khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), keluarga Allah di
muka bumi. Sedangkan
fadhail akhirat meliputi: Al-Qur'an menjadi penolong (syafaat) penghafalnya,
meninggikan derajat di surga, penghafal Al-Qur'an bersama para malaikat yang
mulia dan taat, diberi tajul karamah (mahkota kemuliaan), kedua orangtuanya
diberi kemuliaan, dan pahala yang melimpah.

Apa Kuncinya?
Apa kunci sukses keluarga Mutammimul Ula dan Wirianingsih
mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an itu? Keseimbangan proses. Walapun
mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang
saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib adalah
jadwal mereka berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Beberapa hal yang mendukung kesuksesan ini adalah upaya mereka menjaga
kondisi ruhiyah dalam keluarga:
1. Tidak ada televisi di dalam rumah
2. Tidak ada gambar syubhat
3. Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan
diganti dengan nasyid
4. Tidak ada perkataan yang fashiyah (kotor)

Hal yang cukup mendasar
yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang
Al-Qur'an adalah visi dan konsep yang jelas, yakni menjadikan putra-putrinya
seluruhnya hafal Al-Qur'an. Kedua, pembiasaan dan manajemen waktu. Setelah
Shubuh dan setelah Maghrib adalah waktu khusus untuk Al-Qur'an yang tidak
boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu masih batita,
Wirianingsih konsisten membaca Al-Qur'an di dekat mereka, mengajarkannya,
bahkan mendirikan TPQ di rumahnya. Ketiga, mengkomunikasikan tujuan dan
memberikan hadiah. Meskipun kebanyakan di waktu kecil mereka merasa
terpaksan, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Qur'an
sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang
baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal Al-Qur'an,
mereka diberi hadiah.

Metode Menghafal Al-Qur'an 10 bersaudara bintang Al-Qur'an
Pada bab penutup penulis memaparkan metode yang dipilih keluarga Mutammimul
Ula dalam mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an: pertama, mengajarkan
membaca. Kedua, repetisi (pengulangan) . Ketiga, memilihkan mereka sekolah
yang memiliki program utama menghafal Al-Qur'an. Secara khusus kedua orang
tua juga senantiasa menjaga orientasi hafalan mereka.
Keempat, saat menginjak usia remaja mereka dipahamkan tentang fadhilah
membaca Al-Qur'an. Kelima, kedua orang tua menjadi teladan yang nyaris
sempurna dalam dakwah, pemikiran Islam, orientasi tentang keluarga
Al-Qur'an, dan senantiasa mendoakan mereka sepanjang waktu hidupnya.

Akhirnya, bagi keluarga muslim, terutama keluarga dakwah, kiranya buku 10
bersaudara bintang
Al-Qur'an ini sangat penting untuk menginspirasi berikut menjadi referensi
lahirnya bintang-bintang Al-Qur'an yang baru.

DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU… MAKA IA MEKAR MENJADI BUNGA…

KEMANJAAN Jika kita hanya membaca biografi pahlawan, atau mendengar cerita kepahlawanan dari seseorang yang belum pernah kita lihat, barangkali imajinasi yang tersusun dalam benak kita tentang pahlawan itu akan berbeda dengan kenyataannya. Itu berlaku untuk lukisan fisiknya, juga untuk lukisan emosionalnya. Abu hasan Ali Al-Halani Al-Nadwi, yang tinggal di anak benua India, telah membaca tulisan-tulisan Sayyid Quthub, yang tinggal di Mesir. Tulisan –tulisannya memuat gagasan-gagasan yang kuat, solid, atraktif, berani dan terasa sangat keras. Barangkali bukan merupakan suatu kesalahan apabila dengan tanpa alasan kita membuat korelasi antara tulisan–tulisan itu dengan postur tubuh Sayyid Quthub. Penulisnya, seperti juga tulisannya, pastilah seorang laki-laki bertubuh kekar, tinggi dan besar. Itulah kesan yang terbentuk dalam benak Al Nadwi. Tapi ketika ia berkunjung ke Mesir , ternyata ia menemukan seorang laki-laki dengan perawakan yang kurus, ceking dan jelas tidak kekar. Begitu juga dengan potret emosi seorang pahlawan. Kadang–kadang ketegaran dan keberanian para pahlawan membuat kita berpikir bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai sisi-sisi lain dalam dirinya, yang lebih mirip dengan sisi-sisi kepribadian orang-orang biasa. Misalnya, kebutuhan akan kemanjaan. Umar bin khattab mengajar sesuatu yang lain ketika beliau mengatakan : “jadilah engkau seperti seorang bocah didepan istrimu”. Laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, besar, putih dan botak itu yang dikenal keras, tegas, berani dan tegar, ternyata senang bersikap manja didepan istrinya. Mungkin bukan cuma Umar. Sebab Rasulullah SAW, ternyata juga melakukan hal yang sama. Adalah Khadijah tempat ia kembali saat kecemasan dan ketakutan melandanya setelah menerima wahyu pertama. Maka kebesaran jiwa Khadijah yang senantiasa beliau kenang dan yang memberikan tempat paling istimewa bagi perempuan itu dalam hatinya, bahkan setelah beliau menikahi seorang Aisyah. Tapi beliau juga sering berbaring dalam pangkuan Aisyah untuk disisiri rambutnya, bahkan ketika beliau sedang i’tikaf dibulan Ramadhan. Itu mengajarkan kita sebuah kaidah, bahwa para pahlawan mukmin sejati telah menggunakan segenap energi jiwanya untuk dapat mengukir legenda kepahlawanannya. Tapi untuk itu mereka membutuhkan suplai energi kembali. Dan untuk sebagiannya, itu berasal dari kelembutan dan kebesaran jiwa sang istri.

Kemanjaan itu, dengan begitu, barangkali memang merupakan cara para pahlawan tersebut memenuhi kebutuhan jiwa mereka akan ketegaran, keberanian, ketegasan dan kerja-kerja emosi lainnya.

Kepahlawanan membutuhkan energi jiwa yang dasyat, maka para pahlwan harus mengetahui dari mana mereka mendapatkan sumber energi itu. Petuah ini agaknya tidak pernah salah : “Dibalik setiap laki-laki agung, selalu berdiri wanita agung” dan mengertilah kita, mengapa sastrawan besar besar Mesir ini, Musthafa Shadiq Al Rafii, mengatakan “kekuatan seorang wanita sesungguhnya tersimpan dibalik kelemahannya” .
KELUARGA PAHLAWAN Perenungan yang mendalam terhadap sejarah akan mempertemukan kita dengan satu kenyataan besar; bahwa sejarah sesungguhnya merupakan industri para pahlawan. Pada skala peradaban, kita menemukan, bahwa setiap bangsa mempunyai giliran merebut piala kepahlawanan. Di dalam komunitas besar sebuah bangsa, kita juga menemukan bahwa suku-suku tertentu saling bergiliran merebut piala kepahlawanan. Dan dalam komunitas suku-suku itu, kita menemukan, bahwa keluarga-keluarga atau klan-klan tertentu saling bergiliran merebut piala kepahlawanan itu. Bangsa Arab, misalnya, pemah merebut piala peradaban. Tapi dari sekian banyak sukusuku bangsa Arab, suku Quraisy adalah salah satu yang pemah merebut piala itu. Dan dari perut suku Quraisy, keluarga Bani Hasyim, darimana Rasulullah SAW berasal, adalah salah satu klan yang pemah merebut piala itu. Pada saat sebuah Marga atau klan melahirkan pahlawan-pahlawan bagi suku atau bangsanya, biasanya dalam keluarga itu berkembang nilai-nilai kepahlawan yang luhur, yang diserap secara natural oleh setiap anggota keluarga begitu ia mulai menghisap udara kehidupan. Kepahlawanan dalam klan para pahlawan biasanya terwariskan melalui faktor genetik, dan juga pewarisan atau sosialisasi nilai-nilai kepahlawanan itu. Apabila seorang pahlawan besar muncul dari sebuah keluarga, biasanya pahlawan itu secara genetis mengumpulkan semua kebaikan yang berserakan pada individu-individu yang ada dalam keluarganya. Khalid Bin Walid, misalnya, muncul dari sebuah klan besar yang bemama Bani Makhzum. Beberapa saudaranya bahkan lebih dulu masuk Islam dan cukup berjasa bagi Islam. Tapi kebaikan-kebaikan yang berserakan pada saudara-saudaranya justru berkumpul dalam dirinya. Maka jadilah ia yang terbesar. Umar Bin Khattab juga berasal dari klan yang sama dengan Khalid Bin Walid. Umar juga mengumpulkan kebaikan-

kebaikan yang berserakan di tengah individu-individu keluarganya. Maka jadilah ia yang terbesar. Tetapi diantara Khalid dan Umar terdapat kesamaan-kesamaan yang menonjol. Keduanya memiliki kesamaan pada bangunan fisik yang tinggi dan besar, serta wajah yang sangat mirip. Lebih dari itu kedua pahlawan mukmin sejati itu juga memiliki bangunan katakter yang sama, yaitu keprajuritan. Mereka berdua sama-sama berkarakter sebagai prajurit militer. Pahlawan-pahlawan musyrikin Quraisy yang berasal dari klan Bani Makhzum juga memiliki kemiripan dengan Umardan Khalid. Misalnya, Abu jahal. Bahkan putera Abu Jahalyang bemama Ikrimah bin Abi Jahal, sempatmemimpin pasukan musyrikin Quraisy dalam beberapa peperangan melawan kaum muslimin, sebelum akhimya memeluk Islam. Kenyataan yang sama seperti ini juga terjadi pada keluarga-keluarga ilmuwan atau ulama, pemimpin politik atau sosial, keluarga pengusaha, dan seterusnya. Keluarga adalah muara tempat calon-calon pahlawan menemukan ruang pertumbuhannya. Walaupun tetap menyisakan perbedaan pada kecenderungannya, Abbas Mahmud AIAqqad, yang menulis biografi kedua pahlawan jenius itu, mengatakan bahwa keprajuritan pada Umar bersifat pembelaan, tapi pada Khalid bersifat agresif. Agaknya ini pula yang menjelaskan, mengapa Khalid lebih tepat memimpin pasukan ekspansi, dan Umar lebih cocok memimpin negara. Pada kedua fungsi itu kecenderungan pada garis karakter keduanya terserap secara penuh, maka mereka masing-masing mencapai puncak. Sumber: milis keadilan4all

Mulia Dengan Semangat dan Cita-Cita Tinggi

by ; Dendy W
Kehidupan Ini sesungguhnya butuh jiwa-jiwa seorang pejuang yang memiliki semangat dan cita-cita, dan terkadang kita kurang memahami ketika kita berada dalam menapaki perjalanan itu sendiri. Kita terlalu bahkan sangat sekali merindukan segala kenikmatan, kelezatan dan kenikmatan tanpa melihat apa yang kita lakukan.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “ Orang pintar disetiap umat sepakat bahwa kenikmatan itu tidak bisa didapat dengan kenikmatan pula. Siapa saja yang mementingkan kesenangan ia akan kehilangan kesenangan. Siapa yang menentang badai dan menghadapi rintangan, ia akan memperoleh kegembiraan dan kenikmatan. Tidak ada kegembiraan sama sekali bagi orang yang tidak punya Hasrat dan Cita-cita. Tidak ada kesenangan sama sekali bagi orang yang tidak punya Kesabaran. Tidak ada kenikmatan sama sekali bagi orang yang tidak pernah mengalami penderitaan. Dan tidak ada kenyamanan sama sekali bagi orang yang tidak pernah mengalami Kesusahan. Bahkan hanya dengan mengalami kesusahan sebentar saja, seseorang dijanjikan akan mendapatkan kesenangan cukup lama.

Hanya dengan tabah menanggung beratnya kesabaran beberapa lama, ia akan mampu mengendalikan hidup ini untuk selamanya.
Orang-orang yang mendapatkan kenikmatan yang kekal adalah karena mereka mau bersabar beberapa lama. Di tangan Allah lah letak pertolongan. Dan tidak ada daya serta kekuatan sama sekali tanpa pertolongan NYA.
Semakin mulia jiwa dan semakin tingi cita-cita, maka semakin besar yang harus dirasakan oleh tubuh sehingga jarang sekali menikmati kesenangan, sebagaimana yang dituliskan oleh seorang penyair ;

Apabila Jiwa Besar
Tubuh Akan Merasakan Kepayahan Menuruti Keinginan-keingannya

Semua orang pintar sepakat bahwa kesenangan yang sempuran tergantung pada kadar kesusahan yang dialami, dan kenikmatan yang sempurna itu tergantung pada proses ketabahan dalam menanggung beban yang berat.
Kesenangan, kelezatan dan kenikmatan yang ada didunia ini hanya baru bersifat sementara. Sedangkan kesenangan, kelezatan dan kenikmatan yang sejati dan abadi itu ada di surga nanti.

Wa akhiru da’wana ‘an Al Hamdulillah Rabbil ‘Alamin

Selasa, 11 Mei 2010

Maulid Nabi TIM Cab Klender & Sekitarnya


Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan pelantikan pengurus Taman Iskandar Muda (TIM) Cabang Klender dan sekitarnya.
Ahad tanggal 09 mei 2010 bertempat di Meunasah, Kampung Kapitan - Duren Sawit


Senin, 10 Mei 2010

Kebaikan Yang Tidak Pernah Hilang

by : Dendy
Menjadi orang baik merupakan suatu keharusan bagi orang beriman, akan tetapi melakukan kebaikan yang tak pernah hilang merupakan perkara yang sulit bagi kita. Berbagai tipu daya yang dilakukan Syeitan untuk senantiasa menganggu anak adam agar terpengaruh dan enggan melakukan kebaikan yang pada akhirnya menjerumuskan kedalam api neraka.

Mengingatkan kepada kita, orang-orang sesungguhnya dalam kerugian hanya dengan iman, amal dan nasehat-menasehati dalam kebaikan itulah yang beruntung dan selamat.
Allah berfirman ” Kecuali orang-orang yang beriman dan amal shaleh serta saling nasehati dalam kebaikan ” (al ashr )

Rasulullah shallalahu ’alaihi wassalam bersabda ;
“Diantara tanda baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak manfaat bagi dirinya atau yang bukan menjadi urusannya”.

“Jika salah seorang diantara kalian memperbaiki keislamannya, maka setiap satu kebaikan yang dilakukan, akan dicatat dengan sepuluh kebaikan, bahkan dilipat gandakan hingga tujuh ratus kali. Dan setiap kejelakan yang dilakukan, hanya akan ditulis sesuai dengan kejelekan itu, hingga ia bertemu Allah”. (HR Muslim)
Marilah kita senantiasa menyibukan diri dengan berbagai kebaikan dan bermanfaat. Jangan menyibukan diri mencari-cari keburukan orang lain. Ingat dengan kita memberikan kebaikan kepada siapapun tentunya kebaikan itu akan datang kepada kita sendiri. Semoga Allah memberikan kekuatan dan keikhlasan pada orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan…Amin

Jumat, 07 Mei 2010

Kitab Tanpa Judul

Kun kitaaban mufiidan bila 'unwaanan, wa laa takun 'unwaanan bila kitaaban. Jadilah kitab yang bermanfaat walaupun tanpa judul. Namun, jangan menjadi judul tanpa kitab.

Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.

Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya (hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki "judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.

Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya, dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.

Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot "judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat "kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga.

*Ust.H.Aminudin

Sehat Nikmat Terbesar Setelah Iman

Allah Subhanahu wa Ta’ala ( SWT ) melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita dengan jumlah yang melimpah. Berkat hal itu, kita dapat menjalankan aktifitas hidup ini dengan baik. Bahkan jika kita persembahkan seluruh waktu yang ada untuk bersyukur atas sebuah karunia-Nya saja, rasanya tidak akan cukup. Bahkan lagi, kita tidak akan sanggup mengkalkulasi secara matematis kemahapemurahan Allah SWT atas karunia ini.

Satu diantara bentuk karunia terbesar adalah kesehatan, terkait dengan ini Rasulullah Shallahu ’alaihi wasallam ( SAW ) bersabda, ”Barangsiapa yang badannya sehat dan hidup aman ditengah masyarakat.” ( Riwayat At Tirmidzi )

Dalam hadits yang lain disebutkan :
”Nikmat pertama yang ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat yaitu apabila ditanyakan kepadanya, tidakkah telah kami sehatkan badanmu dan telah kami segarkan ( kenyangkan ) kamu dengan air yang dingin.” ( Riwayat At-Tirmidzi )
Kesehatan merupakan nikmat yang istimewa dan salah satu nikmat terbesar setelah nikmat Iman dan Islam. Nikmat itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban didepan mahkamah kemahakuasaaan Allah Azza wa jalla. Rasulullah SAW bersabda,”Mohonlah kepada Allah kesehatan ( keselamatan ). Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan (keselamatan).( Riwayat Ibnu Majah )

Beliau menambahkan. ”Jika salah seorang keturunan Adam hanya memiliki keislaman dan kesehatan, maka hal itu sudah cukup bagi dirinya.”

Satu lagi hadits yang masyhur,”Pergunakanlah lima hal sebelum datangnya lima perkara; muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.”( Riwayat Muslim )

Sehat ( al-shihah ), dalam Islam bukan sesuatu yang berhubungan dengan fisik (jasmani), melainkan menyangkut masalah psikis (jiwa). Inilah yang dikenal dengan konsep al-shihah wal al-fiat atau lebih akrab dengan sebut sehat wal’afiat.

Maksud dari konsep ini adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami sehat secara paripurna; sehat jasmani dan ruhani atau fisik dan psikis.
Jika makna sehat lebih berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, makna al-afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya.

Itulah sebabnya kita diajarkan untuk senantiasa membaca wirid pagi dan petang, memohon limpahan kesehatan dan keselamatan dari berbagai tipu daya. Selagi kita mengarungi kehidupan, tidak mustahil muncul gangguan dan tipu daya dari golongan jin dan manusia yang bisa menghadirkan kejahatan dan keburukan.” Ya Allah sehatkanlah badanku, ya Allah sehatkanlah pendengaranku, ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.” ( Riwayat Abu Dawud )

Allah SWT berfirman, ”Katakanlah,’ Aku berlindung kepada Tuhan manusia.Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) kedalam dada manusia, dari jin dan manusia,”(Al falaq:1-5)
Disini dapat dijelaskan bahwa orang yang mendapatkan karunia sehat wal-afiat adalah mereka yang mendapatkan kesehatan fisik dan psikis, mental spiritual, yang kemudian ditujukan untuk menjalankan aktifitas sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.

Sebagai bentuk syukur nikmat atas karunia sehat ini kita diperintahkan untuk senantiasa menjaga dan memelihara kesehatan fisik maupun psikis serta mental spiritual kita.

Guru besar terbaik dalam masalah keteladan dalam pemeliharaan kesehatan tidak lain adalah Nabi Besar Muhammada SAW. Rasulullah adalah ”dokternya” para ”dokter,” yang mendapat didikan langsung dari Allah SWT. Beliau bersabda ”Aku telah mendapatkan pendidikan dengan pendidikan yang terbaik dari tuhanku.”

Dalam surat An Najm:4 disebutkan, ” Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang di wahyukan ( kepadanya ).”. Maka dari itu hadits-hadits Rasulullah SAW telah lebih dahulu membahas penyakit dan cara-cara penyembuhannya dari kajian-kajin kontemporer.

Bahkan salah satu universitas Eropa memasukan Hadits Rasulullah yang mulia dalam pengantar kuliah kedokteran. Bunyi teks Hadits itu adalah,” Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah memberikan ujian kepadanya.”(Riwayat Bukhari).

*disalin oleh dendy,
dalam edisi khusus 2010 Majalah Hidayatullah*Ali Atawa

Rabu, 05 Mei 2010

:: Gumi & Sekitarnya ( South Korea )


My Best Freinds in Gumi

Bandara Incheon



Sudut Kota Gumi di malam hari


Toll Way

Asrama Gumi Factory


Gumi Factory

MASALAH adalah TANTANGAN

Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat. Karena dalam, keadaan tetap
bergerak, anda menciptakan kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak
maju, sekalipun pelan, daripada tidak bergerak sama sekali.

MASALAH adalah TANTANGAN

Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan
menghindarinya. Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin
akan menghadapinya. Namun, masalah dalah hadiah yang dapat anda terima
dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan
dibalik setiap masalah.

Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka,
hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah,
anda tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun
masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada
anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat
di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu
dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap
induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku!
Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri
sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda
tak akan menjadi seseorang yang sejati.

Bunga rampai (hikmah):

Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun
kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap
berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi.

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang
anda lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun
begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus
memiliki ketekunan untuk berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk
bertahan di tengah tekanan yang dan kesulitan. Jangan hanya berhenti
pada langkah pertama!

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai,
gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah
msalah yang menantang. Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya
perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda
adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan
selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjauangan dan
pengorbanan. Keringat dan kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah
kesuksesan. Bila anda terpesona pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan,
anda bisa lupa dari keharusan untuk berupaya. Namun bila anda terkagum
pada ketegaran seseoarang dalam berusaha, anda akan menyerap energi
kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tak ada harga diskon untuk sebuah
keberhasilan. Ada harga yang harus dibayar untuk meraih keberhasilan itu.
Berusahalah terus!

Mulailah dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah,
belajarlah, dan kembangkan pencapaian anda. Sukses bukan dicapai oleh orang
yang memulai dengan hal yang besar, tetapi oleh orang yang memelihara
momentumnya dalam waktu yang cukup panjang, hingga pekerjaannya menjadi
karya besar.

Apapun yang anda lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati.
Keberhasilan bukan semata-mata karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. Anda
perlu bertindak dengan kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di
atas upaya sendiri. Di balik semua pencapaian terselip pengorbanan
orang lain. Hanya bila anda melakukannya dengan kebaikan hati, siapapun
rela berkorban untuk keberhasilan anda.

Seorang bijak berujar. ”Bila busur anda patah dan anak panah
penghabisan telah dilontarkan, tetaplah membidik. Bidiklah dengan seluruh
hatimu.” Semua tindakan anda bagaikan bumerang yang akan kembali pada anda.
Bila anda melempar dengan baik, ia akan kembali dalam tangkapan anda.
Namun, bila anda ceroboh melemparkannya, ia akan datang untuk melukai
anda. Renungkan bagaimana tindakan anda sekarang ini. Lakukan segala
semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tiada yang lebih manis
daripada memetik buah atas kebaikan yang anda lakukan.

by;moh,yunus

Selasa, 04 Mei 2010

Sehat dengan Herbal

Kami sehat dengan Herbal.
Alhamdulillah, Kami sekeluarga sudah hidup dengan mengkonsumsi Herbal. Kini sudah menjalani tahun ke 3, Jelas memang anak-anaku jauh lebih kuat daya tahannya.
Tentunya, Istriku sangat berjasa besar dalam menyemangati dan mengontrol anak-anak.
Sampai-sampai anakku yang ke3 ini berbeda sekali saat berangkat sekolah membawa sarapan, banyak teman2 yang membawa makanan chiki,mie,macam-macam yang banyak mengandung perasa,pengawet dll yang semuanya tidak bagus buat kesehatan tubuh. Tapi anakku dibiasakan membawa nasi+lauk pauk yang disiapkan istriku.
emmmm, makasih istriku, moga amalmu g sia-sia deh, dan anak2ku sehat2 selalu.
Amin

Menuntaskan Kebahagian Sebuah Pernikahan

kilasku-2009
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ar Rum:21

Menikah Bukti Keagungan Allah
Ayat ini sebenarnya bagian dari cerita tanda-tanda keagungan Allah swt. dan kekuasaan-Nya. Bahwa semua yang ada di langit dan di bumi dan segala yang terjadi datang dari-Nya. Termasuk diciptakannya manusia berpasang-pasangan yang dengannya terjadi kelanjutan hidup, seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Karenanya hakikat pernikahan dan rumah tangga bagi Allah swt. adalah ikatan yang sangat agung. Karena dengannya nampak keagungan-Nya.
Sebaliknya, ketika manusia hidup di alam perzinaan, yang nampak hanyalah kebinatangan. Bila kebinatangan yang menonjol dalam hidup manusia, kerusakan pasti akan meraja lela. Paling tidak yang pertama kali hancur adalah kemanusiaan. Manusia tidak lagi perduli dengan rumah tangga. Bila rumah tangga hancur, garis nasab akan hilang. Lama ke lamaan manusia tidak tahu lagi siapa sebenarnya yang ia gauli. Tidak mustahil suatu saat – bahkan ini sudah banyak terjadi – akan lahir seorang anak dari hubungan ayah dengan anaknya, atau hubungan ibu dengan anaknya, atau hubungan antara saudara seayah dan sebagainya.
Karena itu pada ayat di atas, Allah swt. menjadikan hakikat berpasang-pasangan sebagai bukti keagungan-Nya, supaya manusia tidak begitu mudah merendahkan dirinya dengan menganggap bahwa berhubungan dengan siapa saja boleh-boleh saja. Tidak, janganlah sekali-kali perbuatan ini dilakukan. Sebab dengan melakukan perzinaan seseorang tidak saja mengahancurkan kemanusiaannya sendiri melainkan lebih dari itu ia telah merendahkan Allah swt. dengan meremehkan tanda-tanda keagungan-Nya.
Jelasnya bahwa dari ayat di atas setidaknya ada tiga langkah yang bisa kita bahas secara mendalam dalam tulisan ini untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga:

(a) Bangun Jiwa Sakinah (b) Hidupkan Semangat Mawaddah (c) Pertahankan Spirit Rahmah.

Dan ketiga langkah ini adalah bekal utama setiap rumah tangga. Bila salah satunya hilang, rumah tangga akan rapuh dan mudah retak. Karena itu hendaklah ketiga langkah tersebut benar-benar dicapai secara maksimal, atau paling tidak mendekatinya.


kilasku-2006
Bangun Jiwa Sakinah
Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa, artinya agar kau berteduh wahai para suami kepada istrimu. Kata litaskunuu diambil dari kata sakana yaskunu artinya berdiam atau berteduh. Dari kata sakana ini di ambil istilah sakinah yang kemudian diartikan tenang. Memang bisa saja kata sakana diartikan tenang, tetapi pengertian dalam ayat ini lebih dalam lagi dari sekedar tenang.
Syaikh Ibn Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wat Tanwiir mengartikan kata litaskunuu dengan dengan tiga makna:
(1) lita’lafuu artinya agar kamu saling mengikat hati, seperti uangkapan ta’liiful quluub. Dalam surah Al Anfal: 63 Allah berfirman: wa allafa baina quluubihim (Dialah Allah yang telah mempersatukan hati di antara mereka). Dengan makna ini maka antara suami istri hendaknya benar-benar membangun ikatan hati yang kuat. Dan sekuat-kuat pengikat hati adalah iman. Maka semakin kuat iman seseorang, semakin kuat pula ikatan hatinya dalam rumah tangganya. Sebaliknya semakin lemah iman seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut akan rapuh dan mudah retak.
(2) Tamiiluu ilaihaa artinya kau condong kepadanya. Condong artinya pikiran, perasaan dan tanggung jawab tercurah kepadanya. Dengan makna ini maka suami istri bukan sekedar basa-basi untuk bersenang-senang sejenak. Melainkan benar-benar dibangun di atas tekad yang kuat untuk membangun masa depan rumah tangga yang bermanfaat. Karenanya harus ada kecondongan dari masing-masing suami istri. Tanpa kecondongan pasti akan terjadi keterpaksaan.
Karena itu orang tua jangan memaksakan kehendaknya jika memang ternyata dalam diri anaknya tidak ada kecondongan. Saya sering menemukan seorang anak muda mengeluh karena dipaksa orang tuanya untuk menikah dengan si fulanah. Sementara dalam diri anak muda tersebut tidak ada kecondongan sama sekali. Tapi orang tuanya mengancam dan bahkan menganggap ia bukan anaknya jika tidak mengikuti keinginannya.
Ini tentu sikap yang tidak pada tempatnya. Orang tua harus tahu bahwa sakinah dalam rumah tangga tidak akan di capai tanpa adanya kecondongan. Pun orang tua harus tahu bahwa yang akan hidup bersama istrinya adalah sang anak. Maka tidak benar menggunakan kartu merah orang tua, untuk memaksakan kecondongannya supaya anak mengikutinya.
Seringkali rumah tangga hancur karena orang tua tidak meperhatikan kecondongan sang anak. Karena itu untuk membangun sakinah harus ada dalam diri masing-masing suami istri kecondongan.
(3) Tathma’innuu biha artinya kau merasa tenang dengannya.
Dalam surah Ar Ra’d:28 Allah berfirman: alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub (Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram). Dari sini nampak bahwa untuk mencapai ketenangan dalam rumah tangga hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah.
Para ulama menyebutkan bahwa dzikir ada tiga dimensi: dzikurullisan (dzikir dengan lidah), dzikrul qalb (dzikir dengan hati) maksudnya hatinya selalu sadar dan ingat kepada Allah, dan dzikrul haal (dzikir dengan perbuatan), maksudnya seluruh perbuatannya selalu dalam ketaatan kepada Allah swt. Maka sungguh tidak mungkin mencapai sakinah rumah tangga yang penuh dengan kemaksiatan kepada Allah swt.
Termasuk kemaksiatan ketika masing-masing suami suka berbohong. Banyak rumah tangga yang retak karena ketidak jujuran masing-masing suami istri. Bila seorang suami suka berbohong pasti sang istri akan gelisah. Selanjutnya ketenangan akan hilang dalam rumah tangga. Sebaliknya bila istri suka berbohong, sang suami pasti tidak akan merasa tenang bersamanya. Bila suami tidak tenang, bisa jadi kelak rumah tangga akan terancam. Dari sini perceraian demi perceraian terjadi. Asal muasalnya karena kebiasaan tidak jujur dan dosa-dosa.

kilasku-2008

Hidupkan Semangat Mawaddah
Mawaddah artinya cinta. Imam Hasan Al Bashri mengartikan kata mawaddah sebagai metafor dari hubungan seks. Jelasnya bahwa mawaddah adalah perasaan cinta dan senang dengannya rumah tangga menjadi bergairah dan penuh semangat. Tanpa mawaddah rumah tangga akan kering. Mawaddah biasanya sangat personal. Ia tidak tergantung kepada kecantikan istri atau ketampanan suami. Boleh jadi di mata banyak orang wanita itu tidak cantik, tetapi sang suami sangat mencintainya. Pun boleh jadi wanita itu disepakati sebagai wanita cantik, tetapi sang suami ternyata sangat membencinya.
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa cinta biasanya sering menggebu di masa muda atau di awal-awal pernikahan. Lama ke lamaan setelah masuk dalam rutinitas rumah tangga, getaran cinta menjadi melemah. Karenanya Allah swt. bekali rahmah sebagai pengimbangnya, supaya ketika sinyal cinta mulai redup, masih ada semangat rahmah yang akan menyelamatkan rumah tangga tersebut. Lain halnya dengan orang-orang yang membangun rumah tangga hanya dengan modal cinta, rumah tangga rentan mudah roboh dan tidak kokoh.
Ibarat mesin, mawaddah adalah dinamo penggerak yang mengairahkan. Dengan mawaddah rumah tangga menjadi dinamis dan produktif. Sebaliknya bila jiwa mawaddah hilang, rumah tangga akan menjadi monoton tanpa dinamika sama sekali. Dalam penelitian saya minimal ciri mawaddah ada tiga:
(a) Katsratut tahaady (selalu saling memberi hadiah), karena seperti kata Nabi saw. dengan saling memberi hadiah cinta akan selalu hangat.
(b) Katsratu dzikrihi (selalu saling mengingat kebaikannya). Sebab dengan mengingat kebaikannya seseorang akan selalu merasa berhutang budi. Hindari melihat keburukan dan kekurangannya, karena itu akan menumbuhkan kebencian dan perselisihan tiada henti.
(c) Katsratul ittishaali ma’ahu (selalu saling berkomunikasi) sebab dari kemunikasi akan hilang prasangka. Banyak hal yang sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan, tetapi karena lemahnya komunikasi seringkali kesalahpahaman terjadi.
Pertahankan Spirit Rahmah
Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari kata rahima yarhamu. Dari kata ini pula diambil kata ar rahmaan salah satu nama Allah swt. Bahwa Allah Maha Penyayang. Para ahli tafsir mengatakan bahwa rahman-Nya Allah meliputi seluruh mahluk-Nya: manusia, binatang, dan mahluk-mahluk lainnya. Termasuk orang-orang yang tidak beriman, karenanya mereka masih bisa hidup dan bisa menikmati fasilitas kehidupan dari Allah, padahal mereka setiap hari tidak mentaati-Nya. Kata rahmah lebih bermakna kesungguhan untuk berbuat baik kepada orang lain, apa lagi kepada keluarga.
Memang setiap orang mempunyai kekurangan, dan tidak ada seorang pun yang mecapai kesempurnaan. Maka jika setiap manusia selalu mempersepsikan adanya pasangan yang sempurna, pasti pada akhirnya ia tidak akan pernah punya pasangan. Dalam pepatah Arab dikatakan: “Man talaba akhan bilaa ‘aibin laqiya bilaa akhin (orang yang mencari kawan tanpa cacat, pasti pada akhirnya ia tidak akan punya kawan).
Kata rahmah lebih mencerminkan sikap saling memahami kekuarangan masing-masing lalu berusaha untuk saling melengkapi. Sikap rahmah menekankan adanya sikap saling tolong menolong dalam bersinergi, sehingga kekurangan berubah menjadi kesempurnaan.
Sikap rahmah seringkali berperan ketika semangat cinta mulai menurun. Biasanya itu terjadi setelah usia suami istri sama-sama mencapai tahap tua. Cucu sudah mulai banyak. Badan banyak sakit-sakitan. Pada saat itu kebertahanan rumah tangga sangat ditopang oleh kekuatan rahmah (kasih sayang).
Karena itu mawaddah dan rahmah ibarat dua sayap bagi burung. Bila kedua sayap itu berfungsi dengan baik, maka rumah tangga akan berjalan penuh kebahagiaan. Ibarat burung terbang di angkasa, ia menikmati keindahan alam semesta dan penuh dengan kelapangan dada. Tanpa sedikit pun ada beban di hatinya. Terbang ke mana saja ia mau, tidak ada hambatan dan kesulitan.
Kesadaran Akhirat
Pada penutup ayat di atas Allah swt. berfirman: inna fiidzaalika laayatil liqawmiyyatafakkaruun maksudnya bahwa itu semua merupakan bukti bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami ajaran Allah swt.
Dalam Al Qur’an banyak sekali penegasan bahwa kelak di hari Kiamat banyak manusia menyesal karena selama di dunia tidak menggunakan akalnya. Allah swt. berfirman,
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” Al Mulk:10
Dari sini nampak bahwa yang membedakan antara manusia dan mahluk lainnya adalah karena manusia Allah bekali akal. Dan di antara ciri orang-orang berakal bahwa ia selalu menegakkan kedamaian dalam hidupnya terutama minimal dalam rumah tangganya. Maka ketika ia tidak bisa membangun kedamaian dalam rumah tangganya, bisa dipastikan ia akan gagal dalam lapangan kehidupan yang lain.
Bila seseorang gagal dalam rumah tangga otomatis ia menyesal. Menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik selama di dunia. Penyesalan itu terjadi kelak setelah ia tahu bahwa ternyata Allah tidak menyia-nyiakan sekecil apapun yang dilakukan manusia. Famayya’mal mitsqaal dzarratin khairay yarah wamay ya’mal mitsqaala dzarratin syarray yarah (Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” Qs. Az Zalzalah:7-8.
Kesadaran akhirat seperti inilah yang harus selalu dicamkan oleh setiap suami istri, karena hanya dengan kesadaran ini semua prilaku akan menjadi baik dan rumah tangga akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Wallahu’ alam bishshwab.
By ; dendy, berbagai sumber

Menulis Di Atas Pasir

pantai ule lee 2008 *pasca tsunami

Ini adalah sebuah kisah
tentang dua orang suami istri yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.
Dî tengah
perjalanan, mereka bertengkar dan suaminya menghardik istrinya dengan sangat
keras.....
Istri yang kena
hardik, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis ϑî atas pasir :

HARI INI SUAMIKU MENYAKITI HATIKU

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis dimana mereka
memutuskan untuk mandi.
Si Istri, mencoba berenang namun nyaris tenggelam dan berhasil diselamatkan suaminya.
Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis dî sebuah batu :

HARI INI SUAMIKU YG BAIK MENYELAMATKAN NYAWAKU

Suami bertanya
: “kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya dî atas pasir dan
sekarang kamu menulis dî atas batu ?”

Istrinya sambil
tersenyum menjawab :
“Ketika hal buruk terjadi, kita harus menulisnya dî atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan
menghapus tulisan itu..
Dan bila sesuatu yang luar biasa diperbuat suamiku, aku harus memahatnya dî atas batu hatiku,
agar tidak bisa hilang tertiup angin.

Dalam hidup ini
sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Terkadang
malah sangaat menyakitkan, Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan
dan lupakan masalah lalu.
Yang terpenting dr pelajaran dî atas, adalah :
Belajarlah untuk selalu BISA MENULIS DI ATAS PASIR untuk semua hal yang
menyakitkan dan
selalu MENGUKIR DI ATAS BATU untuk semua KEBAIKAN ....

Senin, 03 Mei 2010

Cinta, Makna Kerinduan

2008
by; kilasku_kenangan saat di kampung istriku
Rindu. Ia adalah kata yang mengekspresikan gejolak jiwa untuk menghargai makna kehadiran dan kebersamaan. Jiwa yang diluluri cinta tidak akan tahan untuk berlama-lama dalam keterpisahan. Ada batas waktu tertentu yang dapat ditoleransi, tetapi lamban dan pasti ia akan diserang dahaga kerinduan. Saat itulah ia membutuhkan air yang menyejukkan; pertemuan.

Kerinduan bagi pasangan kekasih, suami-istri merupakan tanda cinta diantara keduanya. Ia memang jauh lebih berharga dari segala bentuk oleh-oleh dan hadiah yang dibawa disaat kepulangan. Kerinduan memiliki dua wajah yang sangat menawan hati suami istri yang saling mencintai; perhatian dan tanggung jawab. Perhatian merupakan wujud nyata untuk mengetahui keadaan sang kekasih; dalam kondisi apa saat ini, saat ia berada dalam kesunyian dan kesendirian. Sementara tanggung jawab adalah keadaan jiwa untuk berbuat yang terbaik bagi sang kekasih sebagai ganti dan garansi atas perpisahan itu.

Dua wajah itu ada pada suami yang merindukan istrinya. Saat berjauhan adalah saat yang paling membebani mereka. Ada ruang kosong tempat hati harus ditambatkan secara halal. Selama tidak ada kekasih yang hadir secara nyata didekat kita, maka hanya kenangan-kenangan yang hadir mengantikannya. Namun ia hanya mengobati untuk sementara.

Begitulah, ketika kerinduan itu sedang bergejolak maka ruang kosong itu harus segera diisi. Selama belum terisi maka iman kitalah yang kita jadikan benteng pertahan diri. Iman menjadi benteng agar kita tidak mengisi ruang kosong kerinduan itu dengan kemaksiatan. Jika sebagai suami kita merasakan kerinduan yang luar biasa, maka hal yang sama dapat terjadi pada istri kita. Ia lebih membutuhkan kehadiran kita. Ia jauh lebih tersiksa ketika merindukan suaminya, Allahu Akbar ....
dendy>>
(dicukil dari buku ”segenggam rindu untuk istriku”dwi budiyanto )

Juara III Porseni PAUD Sekelurahan Cipinang Muara

Sabtu, 01 Mei 2010

Amantu biLLAH, tsummas taqim




* Iman dan Istiqomah
Pada suatu hari sahabat Rasulullah yang bernama Abu Amr didalam riwayat lain bernama Abu Amrah berkata kepada Rasulullah, Qulli fil Islami qaulan, la as-alu anhu ahadan ghairuka Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku suatu ucapan tentang Islam yang tak akan kutanyakan kepada seorangpun selain Engkau! Beliau bersabda, “ Katakanlah, “ Amantu Billah ( Aku beriman kepada Allah ), kemudian istiqomah-lah “
Hadits ini merupakan salah satu bukti, bahwa rasulullah diberikan mukzijat dari Allah berupa setiap kata-kata yang diungkapkan merupakan kata-kata yang singkat tapi memiliki makna yang luas.

Menurut para ulama seluruh dasar-dasar Islam sudah termaktub dalam dua kata tersebut. Kata Iman dan Istiqomah. Karena seluruh dasar-dasar Islam mengerucut pada kedua kata tersebut. Iman merupakan keTauhidan dan Istiqomah adalah keTaatan.

Iman ; adalah sebuah refleksi dari Amal perkataan, lidah dan hati. Mengenai keImanan inilah manusia menjadi golongan yang celaka dan selamat.
Golongan celaka inilah orang fasiq, munafiq dan kafir
Golongan selamat adalah yang menjadikan perbuatan,perkataan dan hati senantiasa saling bertaut untuk senantiasa dilakukan.
Istiqomah ; salah satu artinya adalah benar-benar mengerjakan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa saja yang dilarang.
Bukan disaat pagi iman, disaat sore kufur atau sebaliknya.
Berbagai perjalanan sirah Nabi dan Sahabat membalut Iman & Istiqomah menghantar sebuah kesabaran dan kemenangan. Banyak guratan sejarah terekam dalam berbagai situasi, yang menjadi semua berujung pada Keindahan dan Kemenangan.

Akan tetapi Iman dan Istiqomah..........bukan perkara mudah, butuh segenap upaya sungguh-sungguh.

by ; untukmu123
* ust.heri, yayasan almimbar saat khutbah jum'at dimasjid an nahl cikarang, 30 april 2010

Tangse Indah Banget.......

SubhanaLLAH, indah banget kampung istriku. pokoknya eeuuunak deh. kira-kira tahun ini bisa ga yah kesana lagi.

Puisi itu membuat tangis para ibu-ibu

lain hafiz lain huzaifah, anakku nomor 2 ini punya kisah tersendiri. Pada saat berlangsung perayaan peringatan Hari Kartini disekolahannya pada sabtu tanggal 24 april membuat geger peserta yang mengikuti acara ini.
Umi nya melatih membaca puisi, dengan harapan bisa menjadi juara. 3 hari berlatih dengan penuh semangat. Tibalah hari itu........dengan pembacaan yang begitu menjiwai seakan-akan puisi itu begitu nyata........Ibu......kontak saja diakhir pembacaan banyak dari ibu-ibu yang terharu pembacaan puisi ini.....mo tau ga sih puisinya apa...nih liat yah salah satu syairnya...

ibu jasamu tiada terbalas
ibu jasamu tiada terbeli
ibu jasamu tiada akhir
dan jasamu terlukis indah didalam syurga

huzaifah..moga-moga tambah sayang ya sama umi dan abi.
met hari kartini.

Ruang ekspresi anak, wujud cinta pada anak





kilasku


memberikan seluas ekpresi pada anak dalam apapun ternyata tidak lepas dari keinginan kuat orang tua.

Inilah putra ke-3 kami, udah banyak segudang aktifitas yang membutuhkan keberanian.

Nama nya Abdul Hafiz Assyuja, inilah perlombaan yang udah pernah diikutin

1. Best attending lomba Sholat Jama'ah PORSENI TK SeJakarta Timur.

2. Lomba Interaktif Keluarga

3. Juara III lomba Hafalan Doa PORSENI PAUD SeKelurahan Cipinang Muara.

4. Lomba mengambar SAKATONIK


met deh...buat hafiz....mudah-mudahan gedenya jadi orang bermanfaat buat agama, bangsa dan negara......

salam

abi-umi