Sabtu, 15 Mei 2010

10 Bersaudara Bintang Al Qur'an


Judul Buku : 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an
Penulis : Izzatul Jannah - Irfan Hidayatullah
Penerbit : Sygma Publishing, Bandung
Cetakan Ke : 2
Tahun Terbit : Januari 2010
Tebal Buku : xiv + 150 halaman

Setiap orang tua muslim pasti ingin memiliki anak-anak yang hafal Al-Qur'an
dan berprestasi. Apalagi para kader dakwah yang sangat menyadari bahwa
keluarga merupakan sasaran dakwah yang kedua; ishlahul
usrah, setelah ishlahul fardi. Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini
merupakan sebuah karya yang -seperti kata Ustadz Yusuf Mansur- akan
menginspirasi banyak keluarga di tanah air. Ternyata membesarkan anak di
masa sekarang untuk menjadi hafiz Al-Qur'an bukan sesuatu yang mustahil.

Buku ini adalah kisah nyata sebuah keluarga muslim di Indonesia. Keluarga
dakwah. Keluarga yang mampu menjadikan 10 orang buah hati mereka sebagai
anak-anak yang shalih, hafal Al-Qur'an dan berprestasi. Keluarga luar biasa
itu adalah pasangan suami istri Mutammimul Uladan Wirianingsih beserta 10
putra-putri mereka. Yang lebih
luar biasa lagi adalah, kedua orang tua ini tergolong super sibuk dengan
berbagai aktifitas dakwahnya. Mutammimul Ula adalahanggota DPR RI dari
fraksi PKS. Sedangkan Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS
sekaligus Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP
Salimah (Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar di 29 propinsi
dan lebih dari 400 daerah di Indonesia.

10 bersaudara bintang Al-Qur'an itu adalah :

1. Afzalurahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh 'Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8.
Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10. Himmaty Muyassarah

Afzalurahman Assalam
Putra pertama. Hafal Al-Qur'an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis
usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra
Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih
sebagai pesertaPertamina Youth Programme 2007.

Faris Jihady Hanifa
Putra kedua. Hafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat
buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat
LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur'an yang diselenggarakan oleh
kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang
diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI
Jakarta.

Maryam Qonitat
Putri ketiga. Hafal Al-Qur'an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis
usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas
Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul
Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad
Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.

Scientia Afifah Taibah
Putri keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan
dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur'an tingkat SMA
se-Jakarta Selatan.

Ahmad Rasikh 'Ilmi
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur'an, dan duduk di MA
Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I
Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul
Khatimah.

Ismail Ghulam Halim
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur'an, dan duduk di
SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato
bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri
favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT
Al-Kahfi.

Yusuf Zaim Hakim
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur'an dan duduk di
SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT,
peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor,
dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.

Muhammad Syaihul
Basyir
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur'an, Bogor. Yang
sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur'an 30 juz pada saat kelas 6
SD.

Hadi Sabila Rosyad
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah,
Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an. Diantara prestasinya
dalah juara I lomba membaca puisi.

Himmaty Muyassarah
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah,
Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an.

Dilengkapi Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai
Akhir Zaman dan Fadhilah Menghafal Al-Qur'an
Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini tidak hanya berisi bagaimana
putra-putri Mutammimul Ula dan Wirianingsih menjadi penghafal
Al-Qur'an. Di bagian pendahuluan terlebih dahulu dibahas Fakta Kemahaagungan
Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai Akhir Zaman. Meliputi pembagian
Al-Qur'an, Al-Qur'an sebagai Mukjizat, Sejarah Turunnya Al-Qur'an Kodifikasi
Al-Qur'an, sampai Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur'an.

Pada bab 5 juga dibahas mengapa menjadi hafiz Al-Qur'an begitu penting.
Penulis mengklasifikasikann ya menjadi 2 bagian: fadhail dunia dan fadhail
akhirat. Fadhail dunia antara lain: hifdzul Qur'an merupakan nikmat rabbani,
mendatangkan kebaikan, berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Qur'an
mendapat penghargaan khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), keluarga Allah di
muka bumi. Sedangkan
fadhail akhirat meliputi: Al-Qur'an menjadi penolong (syafaat) penghafalnya,
meninggikan derajat di surga, penghafal Al-Qur'an bersama para malaikat yang
mulia dan taat, diberi tajul karamah (mahkota kemuliaan), kedua orangtuanya
diberi kemuliaan, dan pahala yang melimpah.

Apa Kuncinya?
Apa kunci sukses keluarga Mutammimul Ula dan Wirianingsih
mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an itu? Keseimbangan proses. Walapun
mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang
saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib adalah
jadwal mereka berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Beberapa hal yang mendukung kesuksesan ini adalah upaya mereka menjaga
kondisi ruhiyah dalam keluarga:
1. Tidak ada televisi di dalam rumah
2. Tidak ada gambar syubhat
3. Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan
diganti dengan nasyid
4. Tidak ada perkataan yang fashiyah (kotor)

Hal yang cukup mendasar
yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang
Al-Qur'an adalah visi dan konsep yang jelas, yakni menjadikan putra-putrinya
seluruhnya hafal Al-Qur'an. Kedua, pembiasaan dan manajemen waktu. Setelah
Shubuh dan setelah Maghrib adalah waktu khusus untuk Al-Qur'an yang tidak
boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu masih batita,
Wirianingsih konsisten membaca Al-Qur'an di dekat mereka, mengajarkannya,
bahkan mendirikan TPQ di rumahnya. Ketiga, mengkomunikasikan tujuan dan
memberikan hadiah. Meskipun kebanyakan di waktu kecil mereka merasa
terpaksan, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Qur'an
sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang
baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal Al-Qur'an,
mereka diberi hadiah.

Metode Menghafal Al-Qur'an 10 bersaudara bintang Al-Qur'an
Pada bab penutup penulis memaparkan metode yang dipilih keluarga Mutammimul
Ula dalam mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an: pertama, mengajarkan
membaca. Kedua, repetisi (pengulangan) . Ketiga, memilihkan mereka sekolah
yang memiliki program utama menghafal Al-Qur'an. Secara khusus kedua orang
tua juga senantiasa menjaga orientasi hafalan mereka.
Keempat, saat menginjak usia remaja mereka dipahamkan tentang fadhilah
membaca Al-Qur'an. Kelima, kedua orang tua menjadi teladan yang nyaris
sempurna dalam dakwah, pemikiran Islam, orientasi tentang keluarga
Al-Qur'an, dan senantiasa mendoakan mereka sepanjang waktu hidupnya.

Akhirnya, bagi keluarga muslim, terutama keluarga dakwah, kiranya buku 10
bersaudara bintang
Al-Qur'an ini sangat penting untuk menginspirasi berikut menjadi referensi
lahirnya bintang-bintang Al-Qur'an yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar