Rabu, 23 Januari 2013

Sabar dan Syukur oleh @salimafillah


Islamedia -Sedikit berbagi makna atas uji tanya Gurunda @sawidjan tentang #SABAR dan #SYUKUR, moga berkenan ya Tweeps Shalihin-Shalihat;)

1. Hidup adalah perjalanan yang digariskan memiliki 2 rasa: manis & getir, lapang & sesak, suka & duka, #nikmat & #musibah. #SABAR #SYUKUR
2. Tak seorangpun bisa lepas dari 2 rasa itu, hattapun mereka yang dicintaNya. Makin besar nikmat, pun besar pula #musibah. #SABAR #SYUKUR
3. Imanpun tak menjamin kita selalu berlimpah & tertawa. Ia hanya jaminkan ada lembut elusanNya dalam apapun dera nan menimpa #SABAR #SYUKUR
4. Maka #SABAR & #SYUKUR adalah wahana yang akan membawa hamba, menselancari kehidupan nan berrasa dua dengan iman dalam dada.
5. Tersebab #SABAR & #SYUKUR itulah, Nabi ungkap betapa menakjubkan hidup & ihwal orang beriman. Semua urusan menjadi kebaikan baginya.
6. Sebab dalam #musibah dia bersabar, & #SABAR itu membuatnya meraih pahala tanpa hingga, dicintaiNya, dan dibersamai Allah di segala luka.
7. Sebab dalam #nikmat dia bersyukur, dan #SYUKUR itu membuat sang nikmat melekat, kian berganda berlipat, menenggelamkannya dalam rahmat.
8. Tapi hakikat #SABAR & #SYUKUR sebenarnya satu saja; ungkapan iman menyambut dengan penuh ridha akan segala kurniaNya, apa jua bentuknya.
9. Maka #SABAR adalah sebentuk #SYUKUR, menyambut kurnia #nikmat-Nya yang berbentuk lara, duka, nestapa, dan #musibah yang niscaya.
10. Maka #SYUKUR adalah sebentuk #SABAR, menyambut kurnia #musibah-Nya yang berbentuk kesenangan, kelapangan, suka-ria nan nikmat.
11. Lihatlah Ayyub ber-#SYUKUR atas segala sakit & nestapanya, sebab Allah mengugurkan dosa & menyisakan hati jua lisan untuk mendzikirNya.
12. Lihatlah Sulaiman ber-#SABAR atas kemaharajaan jin, hewan, & manusia. Sabar dengan ber-#SYUKUR agar tak tergelincir sebagaimana Fir’aun.
13. Kata ‘Ulama, #SABAR ada di 3 hal; mentaati Allah, menjauhi kemaksiatan, menerima #musibah. Semuanya adalah jua rasa #SYUKUR kepadaNya.
14. #SABAR dalam taat, sebab ia kadang terasa berat, ibadah terasa beban, keshalihan terasa menyesakkan. Tapi #SYUKUR lah, Allah itu dekat.
15. #SABAR dalam jauhi maksiat, sebab ia kadang terlihat asyik, kedurhakaan tampak cantik. Tapi #SYUKUR lah, iman itu rasa malu padaNya.
16. #SABAR dalam menghadapi musibah, sebab ia niscaya bagi iman di dada. #SYUKUR lah, dosa gugur & beserta kesulitan selalu ada kemudahan.
17. Sebab pahalanya diutuhkan tak terhingga (Az Zumar 10), maka #SABAR pun sebenarnya tiada batasnya. Hanya bentuknya yang bisa disesuaikan.
18. Maka iman menuntun taqwa; ialah kecerdikan hati dalam memilih bentuk #SABAR sekaligus #SYUKUR atas segala bentuk ujian cinta dariNya.
19. Taqwa itu yang bawa #SABAR kita mendapat kejutan nan mengundang #SYUKUR, jalan keluar dari masalah & rizqi tak terduga (Ath Thalaq 2-3)
20. Tiap #nikmat yang di #SYUKUR-i jua berpeluang mengundang #musibah yang harus di #SABAR-i, seperti ketampanan Yusuf & cinta Ortu padanya.
21. Maka tak ada kata henti untuk #SABAR & #SYUKUR, sebab ia 2 tali yang hubungkan kita denganNya; hingga hidup terasa surga sebelum surga;)
22. Segala puji bagi Allah, sungguh kita milikNya, akan kembali jua padaNya. Sekian dulu ya Tweeps Shalih(in+at) tentang #SABAR & #SYUKUR;)

Selasa, 22 Januari 2013

Beginilah 'Relawan PKS' Dilatih | Salah 1 Rahasia Mesin Terbaik PKS


by @bayprio
  1. Baik, akan saya ceritakan sedikit saja, Behind The Scene RelawanPKS.

  2. Ada salah satu perangkat didalam agenda kaderisasi PKS yg disebut mukhoyam(Wamil, LDK, kepanduan).

  3. Setiap kader PKS wajib ikut Latihan Dasar (Latsar) Kepanduan, diinternal disebut mukhoyyam kepanduan.

  4. Bertempat di alam terbuka, taddabur 24 jam, berprilaku Islami, berukhuwah, tarbiyah, rihlah.


  5. Pelatihan Dasar ini wajib semua kader mulai level kordinator RW, aleg sampai Presiden Partai.


  6. Bukan hanya yg muda, seluruh kader generasi awal pun wajib ikut :)


  7. Meski cacat tdk ingin diistimewakan, mrk juga ingin jadi relawan.


  8. Banyak kader PKS yg bertongkat, namun semngatnya melebihi kami.

  9. Meskipun dgn alat bantu jalan, beliau jg semangat jadi relawan.

  10. Bagaimana menempa Relawan PKS? Membiasakan hidup disiplin tinggi, keras dgn konsep wajib militer.


  11. Menempa fisik/jazadiyah. Diwajibkan pushup, backup, bidding, pullup, situp 100/hari.


  12. Bukan saja fisik, ruhiyah juga harus kuat. 

  13. Ruhiyah. Diwajibkan sholat berjama'ah, tilawah 1 juz/ hari, dhuha, qiamulail. 


  14. Tugas jasmani dan ruhani ini benar2 di tekankan.

  15. Dari sini, muncul ukhuwah yg lebih erat, loyalitas, komitmen beramal jama'i.


  16. Pembekalan2 inilah cikal bakal kader PKS Siap Siaga Bencana.

  17. Mendisiplinkan diri dgn latihan dasar kepemimpinan melalui kerjasama.

  18. Pun, Secara profesional latihan berbaris diawasi langsung oleh Paskibraka.


  19. Pelatihan pun meliputi bagaimana bekerjasama di air keruh yg dalam.


  20. Kader dilatih utk tdk takut air, shingga bisa menguasai keadaan.


  21. Dilatih juga bagaimana menguasai api dan memadamkannya.


  22. Paham menggunakan alat pemadam kebakaran.


  23. Dalam mukhoyam di praktekkan evakuasi darurat basah.


  24. Mendapat Teori tentang P3K dan ilmu kedokteran.

  25. Relawan gak boleh loyo, fisik harus prima...

  26. Untuk itu, ini yg plg saya suka, latihan relawan PKS ada Longmarch 24 jam perjalanan. Keren!


  27. Utk sperti ini relawan butuh Pelatihan dgn serius!


  28. Ada atau tdk ada musibah, membantu warga adalah tugas kita. Negeri kita rawan bencana. Latihan2 disiplin model wamil dibutuhkan, agar kader siap siaga.


  29. Kpd para akhwat, terimakasih atas support, smoga suaminya istiqomah mnjadi relawan negeri.


  30. Demikian "Behind The Scene", PKS yg Siap Siaga dlm Peduli Bencana :)
pkspiyungan
________________________

Masalah Krusial Jakarta | Catatan 100 Hari Jokowi




Oleh Andi Irawan

Jakarta bagi saya ibarat case yang disediakan Allah untuk menguji entitas anak bangsa ini tentang kualitas peradaban yang kita miliki.

Masalah banjir dan macet adalah masalah rutin Jakarta, bergilir sudah anak bangsa yang diberi kesempatan untuk memecahkan masalah ini baik sebagai pengambil kebijakan kunci negara baik sebagai presiden, gubernur atau kekuatan politik yang diberi kesempatan mengatasi masalah Jakarta, tapi masalah belum bisa dipecahkan, masalah Jakarta sebagai case Sang Pencipta belum bisa dipecahkan. Apakah masalah ini terlalu berat -di luar batas kekuasaan anak bangsa ini- untuk memecahkannya?

Saya sepakat dengan editoriol salah satu media nasional beberapa hari lalu bukan saatnya bicara tentang cara dan konsep teknis mengatasi banjir dan macet Jakarta. Karena Ada banyak konsep memecahkan masalah banjir, ada banyak konsep memecahkan masalah macet. Tetapi masalahnya adalah kemampuan menjalankan konsep itu yang tidak ada. Political will mungkin tidak ada. Keinginan memberikan kontribusi bagi kehidupan dan kemanusiaan di Jakarta itu tidak ada.

Ibarat sebuah sinetron, sinetron Jakarta adalah sinetron dengan pemain-pemain mulai dari the best staring-nya sampai pemain figuran semuanya tanpa sadar berlomba menempatkan diri dalam peran antagonis, yakni peran-peran yang merusak Jakarta sebagai sebuah peradaban.

Pemain-pemain yang akan mengambil peran dalam sinetron Jakarta adalah bukan figur A atau Z, bukan si fulan atau fulanah. Ini bukan masalah personal. Secara personal banyak manusia baik dan ingin berbuat baik untuk Jakarta. Tatapi mereka tidak akan bisa berkontribusi karena kekuatan utama adalah pelaku yang kita namakan 'partai politik'. Dan parpol-parpol kita secara sadar atau tidak telah menenggelamkan dirinya dalam mekanisme pendukung aktifitas kehidupannya dengan cara yang 'anti publik'. Inilah sumber awal yang menyebabkan parpol menjadi sulit berkontribusi kepada kebaikan publik apalagi kebaikan itu bernilai kebaikan peradaban seperti Jakarta yang bebas macet dan banjir.

Parpol itu butuh dana luar biasa besar untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Dana adalah darah bagi parpol untuk menggerakkan aktivitasnya. Ketika darah itu didapat dari sumber yang 'anti publik' maka dapat dipastikan perilaku parpol itu akan menjadi anti publik juga. Aktivitas dan kebijakan yang pro publik dari parpol yang sedemikian dalam kiprah mereka di lembaga-lembaga negara dapat dipastikan hanyalah aktivitas pencitraan semata, paling tinggi ia hanya akan bersifat quasi publik (pro publik yang semu tidak subtansial dan tidak mendasar). Ketika “darah” itu diperoleh secara anti publik maka dapat dipastikan maka kinerja dan fungsi-fungsi publik yang dijalankan juga akan ber-aura bahkan berasa anti publik.

Penggalangan dana dengan cara 'anti publik' dalam bahasa ekonomi politik dinamakan rent seeking. Penggalangan dana yang sedemikian dilakukan oleh parpol atau elit parpol dengan jalan memanfaatkan kekuatan politik, posisi atau pengaruh politik terhadap jabatan-jabatan publik negara baik di eksekutif, legislatif bahkan yudikatif baik untuk kepentingan pribadi elit maupun parpolnya.

Anda bayangkan dana triliunan rupiah hancur menjadi bangunan rongsokan yang siap tumbang karena struktur tanah yang rapuh dan ancaman gempa dalam kasus pembangunan Mega proyek Hambalang.

Semua solusi untuk Jakarta dari banjir dan macetnya akan membutuhkan dana besar. Untuk mengatasi banjir saja konon butuh 20 triliun. Semuanya akan menjadi project yang hanya akan mencerminkan 'ketidakberadaban' kita (bukan 'peradaban' kita) karena fenomena hambalang akan hadir lagi dalam beragam perilaku rent seeking dalam proyek atasi macet dan banjir Jakarta. Dana triliunan yang ada dari memungut pajak anak bangsa ini oleh para parpol dijadikan ajang perebutan untuk kepentingan pribadi dan golongan mereka.

Bagi anda yang mengidolakan Jokowi, okelah Jokowi bisa jadi seorang yang ingin kebaikan untuk Jakarta tetapi apakah Jokowi bisa mengalahkan kepentingan parpol pendukungnya dan parpol lain tentang perebutan rente ekonomi yang begitu dahsyat di Jakarta? Saya termasuk yang tidak percaya hal itu. []


*Hari Selasa (22/1/2013) ini genap 100 hari pemerintahan Jakarta dibawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
www.islamedia.web.id

Senin, 21 Januari 2013

Selamat Jalan Istriku, Engkau Layak Atas Karunia Syahid itu

Islamedia - 17 tahun yang lalu, saat masih aktif menjadi penulis buletin dakwah, aku membaca nama pelanggan yang memesan buletin tersebut. Hj. Robiatul Adawiyah, pasti wanita yang sudah tua. Sudah naik haji dan namanya jadul sekali. “Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ” Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk di kirim via bis ke Kotabangun”. Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran.

Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasikan diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku.

Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu.

Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bondong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.

Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata,” Cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.” Rasulullah bersabda,” Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad). Sungguh aku merasa telah mendapatkan segalanya dengan kau di sisiku.

Kepribadianmu yang mudah bergaul menjadikanmu disenangi oleh banyak orang. Kamal berkata, “Umi terkenal banget di sekolah. Aku, Mba Aisyah, Mas Nashih, Hamidah, Hilma ini terkenal di sekolah karena anak Umi. Guru-guru kenal kami karena kami anak umi.” Aku ingat perjuanganmu menggalang beberapa orang tua murid ke kantor diknas untuk meminta tambahan kelas agar anak kita yang terlalu muda bisa diterima sekolah. Akhirnya SDN 006 Balikpapan mendapat tambahan kelas dan anak kita bisa bersekolah di sana. Seharusnya aku yang melakukan hal itu, bukan kamu.

Aku terpesona dengan caramu menjalin silaturahim dengan keluarga besarmu. Ketika kita pindah ke Balikpapan, sering kakak-kakakmu menelpon menanyakan kapan liburan ke Samarinda. Mereka rindu kepadamu. Kakakmu KH. Fachrudin, seringkali menelpon,” Kita mau ngadain acara ini, kamu ke Samarinda kah?” Sya’rani, kakakmu yang sering bepergian ke Jawa, ketika mendarat di Balikpapan pun sering berkata,” Baru dari Jawa, mau ikut saya sekalian naik mobil ke Samarinda?” Keponakan-keponakanmu pun sering bertanya, “ Acil Robiah kapan ke Samarinda.” Jika kita liburan ke Samarinda, maka kemeriahan meledak begitu mendengar suaramu mengucapkan salam. “ Wah, Haji Robiah dari Balikpapan.”

Aku kagum dengan semangatmu melaksanakan amanah dakwahmu. Sering kerinduanmu kepada keluargamu tertahan karena ada amanah dakwah yang harus kamu kerjakan. ”Sebenarnya akhir pekan ini keluarga besar kumpul. Ada acara keluarga. Tapi ada halaqoh ini dan majelis talim ini jadi ndak bisa ke Samarinda.” Semoga Allah SWT memasukkanmu ke dalam barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama ini.

Kesibukanmu berdakwah memang menyita waktumu. Tapi aku ridho karena kau tetap komitmen untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Aku ridho ketika PKS berdiri, kamu bergabung dan berdakwah bersama mereka. Ku lihat kau begitu menikmati hidupmu yang mungkin bagi pandangan sebagian orang sangat melelahkan.

Kamu juga aktif mengisi kajian siroh shahabiyah di Radio IDC FM. Ketika engkau ingin berhenti karena hamil dan mengajukan ustadzah lain, mba Irna yang mengasuh acara menolak dan mengatakan sebaiknya cuti saja dan sementara akan diputar ulang rekaman yang terdahulu. Saya tahu mereka pun telah jatuh cinta kepadamu.

Saat Ustadz Cahyadi mengadakan pelatihan keluarga, beliau meminta para peserta menulis tentang pasangannya. Aku terkejut ternyata engkau mengenaliku dengan baik. Engkau tahu makanan yang kusukai dan kubenci, teman-teman yang kuanggap shahabatku, karakter-karakterku, dan teman-teman Halaqohku. Diam-diam engkau memperhatikanku. Terimakasih telah memahami diriku.

Pernah kau mengatakan bahwa kau ingin naik haji bersamaku. Aku mengatakan bahwa kamu sudah naik haji sehingga tidak wajib lagi. Kalau aku punya uang aku akan mengajak anak kita naik haji bukan kamu. Kamu berkata, “Aku akan kumpulkan uang daganganku agar bisa naik haji bersamamu.” Kamu pernah bercerita bahwa saking nikmatnya berada di Kota Mekah, kamu pernah berusaha tukar kloter dengan orang lain agar bisa bertahan lebih lama di kota Mekah.

Istriku, aku suka dengan caramu berbakti kepadaku. Ketika ustadz Mulhadi mengajakku mendirikan SDIT Nurul Fikri Balikpapan kau pun mendukungku. Padahal kau tahu bahwa ini akan kembali mengurangi jatah uang belanja untukmu. Bahkan kau berkata,” Aku akan alihkan infaq-infaq yang selama ini ke lembaga zakat ke Nurul Fikri.” Selama ini kau memang menyisihkan uang transport dari mengisi majelis-majelis ta’lim untuk menunjang dakwahmu.

Istriku, aku menikmati sentuhan bibirmu ke pundakku sambil memelukku di saat kita naik motor berdua. Mungkin itu caramu menunjukkan kesetiaanmu. Aku tersanjung dengan gayamu menunjukkan cemburumu. Aku merindukan caramu menegurku jika engkau melihatku lalai dalam urusan agama kita. Aku merasa bahagia saat kau memujiku. Aku merasa hebat ketika engkau bermanja kepadaku.

Aku salut dengan kecintaanmu terhadap ilmu. Setiap ada ta’lim yang mendatangkan ustadz yang berkualitas kau berkata, “ Harus duluan nih biar dapat duduk di depan.” Sayang, karena begitu banyaknya anakmu terkadang kau terhambat untuk berada di depan. Pernah kau begitu sedih karena tidak dapat menghadiri ta’lim yang diisi DR. Samiun Jazuli. Terlintas di dalam pikiranku, kelak aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliah S2 agar kau bahagia.

Kau juga begitu bersemangat mengikuti tatsqif (Kajian Tsaqofah Islam) yang diadakan oleh PKS. Ketika ada ujian tatsqif, kau berusaha mengerjakan soal-soal tanpa berusaha menyontek. Tiba-tiba kau mendengar peserta ujian yang lain di sebelahmu saling berbisik tentang jawaban soal yang engkau tidak bisa mengerjakannya. Kamu pun menulis jawaban tersebut. Sepulang ke rumah engkau begitu menyesal dan gelisah. Engkau merasa berbuat curang karena mengerjakan soal dari mendengar percakapan orang lain. “Gimana nih Mas, aku sudah nyontek?” tanyamu. Aku jawab sambil bercanda,” Telpon dosennya, minta dicoret jawabanmu yang dapat dari hasil mendengar itu”. Ternyata engkau benar-benar menelpon ustadz Fahrur agar jawaban atas soal tersebut dicoret saja. Itu yang sering kulihat darimu, begitu takut akan dosa-dosamu. Aku bangga padamu istriku.

Istriku, hal yang sering membuatku bergetar adalah di saat melihat engkau sholat. Begitu khusyuk dan menjaga adab. Tidak pernah aku melihatmu terburu-buru di dalam sholat. Aku menikmati melihat caramu menghadap Tuhanmu. Selelah apapun dirimu kamu selalu berusaha membaca Quran satu juz perhari. Engkau juga tidak ingin meninggalkan dzikir harianmu. Haru rasanya saat-saat melihatmu tertidur dengan Quran masih berada di tanganmu.

Sering aku berangan-angan aku akan membahagiakanmu kelak saat anak-anak sudah besar. Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke kota wisata. Aku akan membelikanmu perhiasan walaupun sekedarnya. Karaktermu yang tidak pernah meminta memang membuatku lalai memperhatikan kebutuhanmu. Bahkan motor pun tidak pernah kubelikan. Motor butut yang kau pakai adalah motor yang memang telah kau bawa dan kau miliki sejak masih gadis.

Aku yakin bahwa kebersihan hatimulah yang memancarkan aura persahabatan dari wajahmu. Banyak yang mengatakan kepadaku, ”Beliau adalah tempat saya menyampaikan curhat.” Terkadang kau terlambat pulang dari mengisi pengajian, ketika ku tanya kenapa terlambat, kau menjawab, “ Kasihan ada yang pingin curhat, jadi dengerin dia dulu. Semoga Allah segera kasih dia jalan keluar.” Saya yakin mereka curhat kepadamu karena mereka merasakan kebaikanmu.

Kamu sering memujiku, “Suami yang pintar”. Ku lihat, kamulah yang lebih pintar mengaplikasikan teori ke dalam praktek dunia nyata. Sebenarnya aku banyak belajar darimu. Kamu pintar sekali memulyakan orang lain. Kamu sering memberikan sesuatu kepada tetangga-tetangga kita. Terkadang aku malu karena yang kau berikan adalah hal-hal yang sederhana. “ Malu ah ngasih ke tetangga segitu. Nggak level buat mereka.” Ternyata sikap perhatianmu kepada tetangga inilah yang membuat mereka mencintaimu.

Kamu mengatakan kepada pembantu kita, “Kumpulkan tenan-teman yang lain, nanti saya yang membimbing bacaan Qurannya.” Dengan sabar kamu melatih mereka membaca Quran. Kau pun membelikan peralatan memasak sebagai hadiah kepada mereka yang lulus dan melanjutkan bacaan ke jilid berikutnya. Pernah kau melihat salah seorang di antara sedang berlatih mandiri di rumahnya. Kau berkata,” Bahagianya aku Bi melihat mereka mau melatih bacaan secara mandiri.” Sampai terucap dari mulut pembantu kita, “Bu, saya ini mendapat hidayah dari tangan Ibu lho.”

Terkadang aku lupa untuk memberikan uang belanja, ketika kutanya engkau menjawab,”Aku pakai uang daganganku”.Kau kadang membelikanku baju sebagai hadiah ulang tahunku. Aku memang seorang yang berprinsip minimalis, terkadang jika ada barang yang menurutmu harus dibeli, aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dibeli, kita da’i tidak usah terlalu mengejar kesempurnaan. Seperti biasa kau pun mengalah dan berkata,” Ya sudah pake uang aku aja.”

Ketika engkau mengalami pendarahan saat melahirkan anak kita yang ke delapan, engkau mengalami step. Sungguh hancur hatiku melihatmu menderita. Ketika dokter mengatakan butuh tiga kantung darah, aku segera keluar berlari menuju PMI tanpa sempat mengambil alas kaki. Aku sangat takut kehilangmu. Ketika diberitahu bahwa putra kita telah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi, “Tolong selamatkan istri saya dok.” Setelah dioperasi kau sempat tersadar, aku tidak tega untuk mengatakan bahwa putra kita telah meninggal. Aku tidak ingin kau tahu bahwa kandungan yang sangat kau cintai dan sering kau elus-elus dengan penuh cinta telah mendahuluimu.

Dokter mengatakan bahwa kondisi sangat kritis, biasanya kondisi ini berakhir dengan kematian. Dengan kesedihan yang terus mengelayuti aku berkata, ”Umi tidak usah ngomong apa-apa, semua abi yang urus, Umi nyebut Allah saja.” Aku berharap seandainya Allah memanggilmu, maka ucapan terakhirmu adalah Allah. Walau tidak ada suara yang ku dengar, kulihat mulutmu menyebut nama Allah dua kali.” Saat itu aku bernazar, aku pun bertawashul dengan segala amalku agar Allah memberikan kesempatan agar engkau masih bisa bersamaku. Dan ternyata anak-anak kita bercerita bahwa saat itu di rumah mereka juga bernazar agar ibu mereka selamat.

Dengan sisa harapan yang tersisa di hatiku, aku berusaha membangkitkan semangatmu,”Cepat sembuh,anak-anak kita menunggumu di rumah.” Engkau mengangguk-angguk.Ternyata Allah SWT sangat mencintaimu. Allah SWT ingin memberimu karunia syahid. Kematianmu karena melahirkan putra kita menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik untukmu. Sebagaimana Rasulullah mengatakan bahwa wanita yang mati karena melahirkan termasuk orang-orang yang mati syahid.

Seorang shahabatmu, Ustadzah Mahmudah, menelponku,” Mba Robi itu kalau saya perhatikan sangat khusyuk kalau memimpin doa atau mengaminkan doa. Kalau berdoa, saat kalimat Wa amit ha ala syahadati fi sabilik (matikanlah jiwa kami dalam syahid di jalan-Mu) sering saya lihat mba Robi meneteskan air mata. Ternyata kita memang tidak boleh meremehkan kekuatan doa.”

Pak Emil tetangga kita berkata, ”Saya tidak pernah berinteraksi dengan almarhumah. Hanya istri saya yang bergaul dengannya. Tapi kepergiannya membuat saya merasa kehilangan sampai dua hari” Mungkin dia shock karena melihat istrinya terguncang.

Ustadzah Sujarwati berkata,” Saya mengisi pengajian dekat SMPN 10, mereka bercerita bahwa almarhumah ustadzah Robiah yang merintis majelis ta’lim ini. Mereka semua kemudian menangis karena teringat istri sampeyan.” Banyak yang terkejut dengan kepergianmu. Ada yang baru mendengar kematianmu, datang ke rumah untuk kemudian menangis karena kehilanganmu.

Hari kematianmu menjadi saksi atas kesholihanmu. Begitu banyak yang datang untuk memberikan penghormatan kepadamu. Ustadz Muslim mengatakan,” Sahabat-sahabatnya dari pesantren Al Amin, Madura sudah siap-siap mau beli tiket untuk ke Balikpapan, tapi mendengar jenazah akan di bawa ke Samarinda mereka tidak jadi datang.” Beberapa ustadz datang dari Samarinda. Bahkan Ustadz Masykur Sarmian, Ketua DPW PKS pun datang dari Samarinda dan menjadi imam yang mensholatimu. Aku pun melihat ustadz Cahyadi Takariawan, penulis buku dari Yogya, hadir di masjid itu. Mungkin Allah sengaja mengutus orang-orang sholih tersebut untuk menyempurnakan pahalamu. Motor-motor memenuhi jalan masuk ke komplek kita. Seseorang dengan heran mengatakan bahwa kemarin kepala kantor meninggal di komplek ini yang datang nggak sebanyak ini. Ini cuma ibu rumah tangga kok banyak banget yang datang.

Sesudah di sholatkan di masjid Balikpapan, engkaupun dibawa ke Samarinda. Sampai di masjid Ar Raudhah, Aku melihat KH. Mushlihuddin, LC Koordinator Qiroati untuk Kalimantan hadir di sana. Kamu sering berkata bahwa kamu sudah menganggap beliau, gurumu membaca Quran, seperti ayah sendiri. Kecintaanmu kepada Quran membuat kamu mencintai beliau yang selalu komitmen berjuang menegakkan Al Quran di muka bumi. Sering kamu mengatakan bahwa kamu kangen dengan gurumu, ustadz Mushlih. Segera aku meminta beliau untuk menjadi imam sholat jenazah untukmu.

Kakakmu, Ibu Mursyidah berkata, ”Kepergiannya persis seperti ayahnya, KH. Abdul Wahab Syahrani. Disholatkan dari masjid ke masjid.” Sebelum meninggal beliau berwashiat untuk dikuburkan di Kotabangun. Karena washiat itu beliau disholatkan di tiga masjid di tiga kota oleh murid-murid beliau. Pertama disholatkan di Islamic Centre Samarinda, kemudian disambut oleh Bupati Kutai Kartanegara ( Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Kukar) dan disholatkan di masjid agung Tenggarong, kemudian disholatkan kembali oleh murid-murid beliau di masjid Kotabangun.

Dengan lelehan airmata aku ikut memandikanmu, mengangkatmu, memasukanmu ke liang lahat. Seseorang berkata,” Antum duduk saja biar yang lain saja.” Tidak, Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Aku sudah kehilangan kesempatan membahagiakanmu di dunia. Aku sudah kehilangan kesempatan membalas dengan baik pelayananmu kepadaku. Biarlah hari ini aku melayanimu walaupun sekedar mengurus jasadmu.

Terimakasih istriku, selama hidupmu kau selalu berusaha tidak merepotkanku. Ketika aku ke bengkel untuk menambal ban, aku mengabarkan kematianmu dan memohon doa untukmu. Tukang tambal ban, mendoakannya dan berkata,” Istri sampeyan sering ke sini sendiri, menuntun sepeda motor untuk menambal ban, atau kadang ganti ban motor”. Sekuat tenaga ku tahan airmataku. Aku tahu sebenarnya itu adalah tugasku. Kubayangkan adakah wanita lain yang mau menuntun motor ke bengkel untuk menambal ban karena tidak ingin merepotkan suaminya.

Mungkin kamu saat ini telah tersenyum bahagia bercanda bersama Abdullah, putra kita. Mungkin kamu sudah bertemu dengan ayah ibumu yang sangat kamu cintai. Walaupun aku betul-betul kehilanganmu, aku tahu bahwa karunia syahid yang Allah SWT berikan kepadamu adalah yang terbaik untukmu.

Istriku, aku menulis ini untuk menumpahkan rindu yang bergejolak di hatiku. Aku juga berharap agar orang yang membacanya mau meringankan lidahnya untuk mendoakanmu. Aku berharap tulisan ini dapat membalas jasamu kepadaku. Sungguh betapa lambatnya hari-hari berlalu tanpamu. Ingin rasanya aku segera masuk ke surga agar dapat bertemu kembali denganmu. Selamat jalan Khadijahku.

Balikpapan, hari ke sembilan belas tanpamu di sisiku

Yang bersyukur mendapatkanmu


Suamimu,

20 Desember 2012

Rabu 20 Desember 2012, saat mengikuti ujian Sertifikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia untuk Unit Link.

Pengalaman cukup manis dalam perjalan menuju sebuah cita cita yang diinginkan.

Ditemani Istri tercinta, ujian diakhiri dengan lulusnya sertifikasi ini. Semoga ini merupakan langkah meraih sukses dikemudian hari




 Apapun bisa kalau kita mau
Goal Setting 2013 PRJ Kemayoran
 


Jumat, 18 Januari 2013

Terlilit salah dalam perjalanan kehidupan

Siapapun merasakan ketika perjalanan hidup yang diawali dengan sebuah interaksi kebaikan namun ditengah jalan sebuah kejadian yang meruntuhkan interaksi kebaikan itu.
Sungguh apa reaksi yang kita akan dapatkan, tentunya ini sebuah pelajaran yang tidak mudah untuk bisa mengembalikan interaksi kebaikan itu.
Teman, kalau pun bisa namun semua perlu panjang dan kesabaran. Membangun yang sudah runtuh perlu kerja keras dan kesabaran.
Dan Bedoa sebuah ikhtiar yang jangan kita tinggalkan.
Semoga Allah membuka hati dan mengembalikan semua nya.....Amin

Selasa, 15 Januari 2013

Bercermin pada Imam Syafi'i | Kultwit @kupinang



Moh. Fauzil Adhim
@kupinang

  1. Termangu. Membaca manaqib (biografi) Imam Syafi'i yg ditulis oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, semakin terasa betapa jauhnya sosok itu.
  2. Brtanya-tanya, masih adakah orang yg benar-benar bercermin kepadanya? Kelurusan 'aqidahnya, kehati-hatiannya & kecintaannya kpd syari'at.
  3. Semakin mempelajari manaqib (biografi) Imam Syafi'i, terasa semakin asing sikap, pendapat, teladan & kezuhudannya di negeri ini.
  4. Andaikata pendapat-pendapatnya diungkapkan, adakah muslimin di negeri ini mnghormatinya? Padahal negeri ini mayoritas mengaku Syafi'iyah.
  5. Teringat saat pulang kampung dan bertanyalah saya kepada seorang sahabat yang menyatakan dirinya 100% Syafi'iyah tulen, >>
  6. >> "Kapan terakhir nama Imam Syaf'i dsebut saat brpendapat?" Sahabat ini kaget. "Apakah Ente akrab dg pndapat & manhajnya?" | Trmangu lg.
  7. Bagaimana mungkin seseorang menganggap dirinya Syafi'iyah sedangkan terhadap yg berjilbab besar, ia merasa risih & mencurigainya?
  8. Bagaimana mungkin seorang yang merasa dirinya Syafi'iyah dapat membiarkan istrinya tidak menutup aurat dg sempurna? Sgt bertentangan.
  9. Bagaimana mungkin seseorang merasa dirinya mengikuti pendapat Imam Syafi'i sementara kuburan ditembok tinggi & menjadi bangunan?
  10. Kubur Hadratusy-Syaikh Hasyim Asy'ari adalah contoh yg sesuai. Tidak ditembok, tidak dibangun. Nyaris rata dg tanah. | Sy tdk tahu skrg.
  11. Bagaimana mungkin seseorang merasa dirinya Syafi'iyah jika ia meninggalkan jama'ah ketika imam Subuh tidak qunut? Padahal, tatkala >>
  12. >> Imam Syafi'i mengimami shalat di masjid yg tak jauh dr makam Imam Abu Hanifah, beliau meninggalkan qunut u/ hormati Imam Abu Hanifah.
  13. Uff! Maafkan saya, pembicaraan melebar dari manaqib (biografi) kepada pendapat Imam Syafi'i. Semoga kita dapat bercermin darinya.
  14. Sikap Imam Syafi'i sgt mnarik, mngingat Imam Abu Hanifah wafat brtepatan dg saat kelahiran Imam Syafi'i. Jd, keduanya tak pernah brtemu.
  15. Perbincangan ini bukanlah soal pemihakan terhadap madzhab, tetapi terutama terkait dengan konsistensi bersikap dan berkeyakinan.
  16. Bahwa tidak pantas seseorang mengaku pengikut Imam Syafi'i, sementara sikap & perilakunya justru sangat bertentangan & bahkan brsikap >>
  17. >> sinis terhadap mereka yang melaksanakan qaul (pendapat) Imam Syafi'i sbg usaha untuk berislam dengan lebih baik.
  18. Sama anehnya dengan seorang muslim yg dg mantap berkata bahwa ia berpegang pada Al-Qur'an & As-Sunnah, tapi ia tak mengenal keduanya.
  19. Bagaimana kita akan hidup dengan Al-Qur'an jika bacaannya saja tidak kita kenali?
  20. Bagaimana kita akan berpegangan pada Al-Qur'an jika hati ini jauh darinya? | Omong-omong, sudah baca Al-Qur'an hari ini?
  21. Allah Ta'ala berfirman, "قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم" QS. 3: 31
  22. Allah Ta'ala berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad saw.), >>
  23. >> niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. 3: 31
  24. Jalan cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah tunduk mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad saw. Maka, sudahkah kita mengenalnya?
  25. Bagaimana mungkin kita akan mengikuti Nabi saw. jika tak mengenal sunnahnya, tak mengenal tutur katanya.
  26. Maka, marilah sejenak kita bertanya, sudahkah kita membaca hadis Nabi saw. hari ini? Dan apakah kita merenunginya?
  27. Imam Syafi'i mengingatkan, “Setiap masalah yang di sana ada khabar shahih (hadis) dari Rasulullah (saw). menurut para ahli (hadis), >>
  28. >> dan ia brtentangan dg pendapatku, maka aku mnyatakan rujuk (meralat) dari pendapatku tadi baik semasa hidupku maupun sesudah matiku.”
  29. Ketika seseorang datang menemui Imam Syafi'i & menanyakan ttg hadis Nabi saw. serta pendapatnya ttg hadis tsb, Imam Syafi'i brkata:
  30. “Langit mana yg akan menaungiku & bumi mana yg akan kupijak kalau sampai kuriwayatkn hadis Rasulullah saw kmudian aku brpendapat lain…!?
  31. Begitu perkataan Imam Syafi'i yg dapat kita petik dari Hilyatul Auliya' karya Abu Nuaim. | Hmm..., seperti apakah kita berislam?
  32. Pamit dulu. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat. Bercermin pada Imam Syafi'i, semoga kita rela berpayah-payah menebar ilmu dien.

Liburan Sekolah

Liburan Ke Aceh

:: Mengunjungi Museum Tsunami Banda Aceh
 




 

Jumat, 11 Januari 2013

Menyongsong Musran Dpra CM


Hampir satu bulan Kerja keras panitian Musyawarah Ranting ( Musran ) Dpra Cipinang Muara mendekati hari H nya, tak kenal lelah walau kesibukan luar terus berkutat . Man teman Musyawarah Ranting  akan dibertempat  di Graha wisata TMII pada hari Ahad 13 Januari 2013, tuhkan 13.1.13 apa ga cantik tuh angkanya.  Bro and Sis, kale ini everthing different, something surprise”  Seloroh Bung Syaefudin, Bapak berputra dua ini yang memang hari harinya akrab dengan bahasa English. Ga tanggung untuk mencari sosok nahkoda yang akan memimpin Dpra Cipinang Muara ini melibatkan kader-kader sampai di tingkat RW, yah tentunya bro and sis tidak ada politik uang, saling jegal apalagi black campain.

Cing, cang, nyak, babe Kini sudah ada lima ( 5 ) orang tuh bakal calon Ketua, pokoke peserta musran nanti ga usah khawatir apalagi galau. Tuan dan Nyonye nih Bakal calon udah melalui proses panjang istilah kate “ pit and proper test “. Emangnya siapa aja sih, pasti penasarankan. Emang sih sepanjang pemilu dan pemilukada kelurahan cipinang ini terbilang luas banget ada 16 RW dan kira2 100 RT, coba banyangin kemaren aja saat pemilukada yang baru lalu pengurus aja tuh pontang panting, bahkan kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala….heheheh ga mungkin kale. Justru dengan hikmah ini panitia musran dan para sesepuh kader yang ada di kelurahan cipinang muara bertekad “ perubahan “ eiiiit pinjem istilah partai tetangga yang sering promosi “ gubrak “.

Kita perlu perubahan, perlu Nahkoda yang energik, totalitas, segar dan mengayomi ……tapi segala hambatan,rintangan dan embel embelnya ga mungkin kudu ketua yang ngerjain perlu semua kader bahu membahu singsingkan lengan baju. Semua perlu bekerja, kerja dakwah, kerja untuk Indonesia.

Selamat Musran Dpra Cipinang Muara, tatap kedepan songsong kejayaan Islam.

Allahu Akbar

Rabu, 02 Januari 2013

Melangkah dengan tujuan

Sebuah anugerah yang Allah berikan begitu besar terus dihadirkan bagi semua mahluk-mahluknya. Keseimbangan alam adalah wujud kasih dan sayangnya Allah. Siapapun tidak akan dapat memungkirinya.
Kini memasuki tahun 2013 dimana setiap kekuatan langkah kita harus berjalan menuju tujuan yang kita buat, belajarlah untuk senantiasa meluruskan langkah ketikan dalam perjalanan kita kelur dari tujuan sesungguhnya.
Semoga Allah menguatkan kita.