Sabtu, 16 Juli 2011

Menapak Tangga Kemenangan Bersama Ramadhan



Betapa beruntungnya kita yang diberi hidup hingga detik ini, hingga hari ini. Hingga kita bisa merasakan kembali Ramadhan menebarkan aroma keberkahan, kemuliaan, dan keistimewaannya di segala waktu, ruang, tempat, aktifitas, dan amal ibadah kita. Rasanya, tak ada rasa syukur kita yang paling besar di hari ini, selain karena kesempatan kita bersua dengannya terwujud kembali, setelah sekian lama kita menyimpan rindu, menaruh asa, dan merajut doa untuk pertemuan ini.
Lelah fisik yang selama ini kita rasakan karena urusan dunia, kini menemukan kembali masanya untuk pulih. Letih iman yang beberapa bulan lalu menggerogoti semangat spiritual kita, kini kembali menemukan musimnya untuk bersemi. Sungguh indah pertemuan ini. Sungguh beruntung kita yang merasakannya.
Sabda Nabi saw,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَآلِهِ و سَلَّمَ )): أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مِرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ((

“Kalian didatangi bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kalian puasanya, di dalamnya pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, syetan-syetan durjana pun dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Siapa yang terhalang mendapatkan kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalang (dari kebaikan),” (HR. Ahmad, Nasai, dan Baihaqi).
Itu hanyalah satu di antara banyak hadits yang senantiasa memupuk rasa rindu kita dengannya, yang menancapkan kekaguman kita padanya.
Sebagai kader dakwah, perintis dan pelaku perubahan yang mengharapkan kemenangan dalam hal apapun dan di kehidupan manapun kita berada, ini mutlak harus disyukuri. Sebab kesempatan kita melakukan perubahan dan perbaikan dalam diri kita, dalam masyarakat kita, dan untuk bangsa kita, menemukan energinya di sini. Di mulai dengan menata diri dan menghidupkan kembali sunah Nabi kita Muhammad saw; meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah; berpuasa dari ucapan-ucapan dan perilaku buruk; merawat diri dari kesombongan; menyerukan keadilan, kemerdekaan, dan persatuan; dan mengikis segala bentuk perselisihan dan perpecahan, kita tancapkan cita-cita besar itu.
Kita, masyarakat kita, dan segenap bangsa ini, sangatlah butuh pada tiupan sejuk Ramadhan yang penuh berkah ini, yang memberi inspirasi kepada siapapun akan nilai-nilai kesabaran, keteguhan, dan persatuan dalam menghadapi segala bentuk penyimpangan dan godaan syetan. Kita merasakan keagungan Ramadhan sebagai bulan jihad, pengorbanan, dan kesungguhan untuk bekerja dan memberi. Betapa kita sangat butuh kepada Ramadhan untuk menguatkan seruan Allah azza wa jalla, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)
Karena itu, kita perlu melibatkan diri secara langsung dalam aktifitas-aktifitas masyarakat, dalam usaha mereka mengoptimalkan Ramadhan. Masyarakat kita masih membutuhkan banyak bimbingan dari kita semua, untuk selalu memberikan pencerahan, pemahaman, dan tambahan ilmu pengetahuan, khususnya tentang ajaran-ajaran yang mendasar dalam agama yang mulia ini, agar mereka dan kita sama-sama dapat memaksimalkan Ramadhan ini. Kita butuh menyertai mereka dalam mengoptimalkan Ramadhan.
Ramadhan yang menyemangati banyak orang; mengembalikan vitalitas iman dan memotivasi ibadah, menfasilitasi banyak sekali pertemuan dan kebersamaan di antara kaum Muslimin. Dengan demikian bertambah pulalah kesempatan kita berjumpa dengan mereka; dalam shalat-shalat fardhu, khususnya shalat Shubuh dan Isya yang disertai shalat Tarawih. Ini merupakan kesempatan yang tak boleh disia-siakan untuk berinteraksi dengan mereka, menyampaikan pikiran-pikiran kita dalam forum-forum ceramah dan taklim.
Ini adalah kesempatan kita menyibukkan diri belajar dan mengajarkan Al Qur’an. Sebab Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Siapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dan dzikir kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya sebaik-baik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta kepada-Ku.” (HR. Tirmidzi)
Sebagian kita dan masyarakat kita gagal mengoptimalkan sumber kekuatan ini karena terkendala dengan bacaan yang belum lancar. Maka kita harus meluangkan lebih banyak waktu dan kesempatan untuk mengakrabi Al Qur’an; belajar dan mengajarkannya. Rasulullah saw, dalam riwayat Ibnu Abbas, selalu duduk dalam majelis pengajian, mempelajari dan mengulangi Al Qur’an dengan bimbingan malaikat Jibril as.
Menggabungkan antara puasa dan sedekah menjadi sebab diperolehnya kemenangan abadi; surga yang penuh kenikmatan. Rasulullah saw bersabda, “Di surga itu ada kamar-kamar yang terlihat atasnya dari dalamnya, terlihat pula dalamnya dari atasnya.” Sahabat bertanya, “Untuk siapa kamar-kamar itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk orang yang baik ucapannya, memberi makan, selalu berpuasa, dan shalat di tengah malam saat manusia sedang tertidur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Sungguh, Ramadhan ini tidak hanya untuk mengumpulkan pahala, tapi juga untuk menghimpun kekuatan. Ya, kekuatan untuk meraih kemenangan. Terlebih dakwah kita akan menyongsong banyak sekali perjuangan untuk meraih kemenangan.
Sejarah telah banyak bercerita tentang prestasi kaum Muslimin di bulan ini, yang tentu harus selalu menyemangati kita untuk melanjutkan semangat dakwah dan perubahan yang kita emban. Diawali kemenangan kaum Muslimin pada perang Badar Kubra, pada 17 Ramadhan 2 H, yang diperankan oleh para lelaki beriman yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Penaklukan kota Makkah pada 21 Ramadhan 8 H, hingga peperangan Ain Jalut yang menandai berakhirnya kekuasaan Tartar di bawah pimpinan Saifuddin Mahmud Al Quthuz di tahun 658 H, dan banyak lagi kemenangan-kemenangan kaum Muslimin, yang membuktikan bahwa Ramadhan adalah bulan perjuangan dan kemenangan.
Ramadhan bulan untuk mengumpulkan segala bekal untuk meraih kemenangan; kemenangan yang tentu saja dilandasi cinta suci yang ditetaskan oleh Ramadhan. Sebab seperti kata Ibnu Taimiyah, “Cinta kepada Allah mendorong semangat juang di jalan Allah. Itu pasti. Karena, siapa yang mencintai Allah dan Allah mencinta-Nya, ia akan mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah, menolong orang yang menolong Allah, menentang orang yang ditentang Allah. Tidak ada cinta (kepada-Nya) kecuali hal itu ada, di mana kadar cinta itu akan mempengaruhi kuat dan lemahnya hal tersebut. Sungguh, cinta itu mendekatkan diri kepada yang dicintai, dan menjauhkan dari perkara-perkara yang dibenci. Kapan cinta itu tak disertai sesuatu yang dimurkai oleh Yang Dicinta, maka sempurnalah cinta itu.”

Panitia Ansyithah Ramadhan 1432 H,
DPW PKS DKI Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar